Assalamu'alaikum Wr Wb,
Salah satu pengalaman tak terlupakan dalam Trip Dieng Wonosobo bulan Oktober kemarin adalah saat naik bis dari Wonosobo menuju Semarang. Ga nyangka bakal naik bis sambil berdiri selama hampir 1 jam. Kernetnya galak. Bisnya pun hampir mogok akibat overheat mesin. Keluar asap. Malam-malam, semua penumpang diturunkan dan hendak dipindahkan. Tapi ternyata bis buat pindah tidak mau menerima. Ga muat katanya. Lha iyalah ga muat, wong isinya saja sudah penuh penumpang, mau ditambah penumpang 1 bis dari bis lain. Maksa banget. Mau ditaruh di mana kami? Di atap bis? :D
Terminal Mendolo Wonosobo
Saya baru pertama kali ikut trip Dieng. Jadi trip ini membuat saya sangat bersemangat.
Ada banyak teman berangkat bareng-bareng dari Jakarta. Awalnya saya ingin gabung ikut naik bis. Ada yang berangkat dari terminal Rawa Mangun, ada juga dari terminal Kp. Rambutan. Katanya waktu tempuh sekitar 12 jam. Wah, lama juga. Itu belum termasuk jika kena macet di Pantura. Saya sempat ragu. Tapi pikir-pikir kalau rame kayaknya seru. Ga bakal merasa jenuh. Lagi pula bisnya berangkat malam, jadi selama perjalanan bisa tidur. Esok paginya sudah sampai Wonosobo.
Akan tetapi, saya batal naik bis. Saya memilih naik pesawat ke Semarang. Dari Semarang lanjut ke Wonosobo naik travel. Kebetulan di Semarang ada 4 teman yang akan berangkat barengan.
Ada alasan tersendiri kenapa saya batal naik bis dari Jakarta. Begini, saya ini kan orangnya ga terlalu tangguh. Capek dikit mudah sakit. Nah, karena trip Dieng ini bakal ada acara naik-naik bukit segala, saya butuh tenaga lebih. Saya ingin jaga kondisi badan. Jika naik bis semalaman saya tidak yakin paginya akan tetap fit. Dari pada beresiko, nanti jadi ga bisa maksimal ikut menjelajah Dieng, merepotkan orang lain pula, mendingan saya pilih naik pesawat saja biar kondisi badan saya tetap prima.
Bus tangguh naik turun bukit jelajah alam Dieng
Sabtu 18 Okt 2014.
Dari Semarang rencananya kami berlima (Lestari, Dely, Mbak Riyadh dan ponakannya, serta saya), akan berangkat pukul 5 pagi. Sebab pukul 8 pagi semua peserta trip harus sudah kumpul di Terminal Mendolo Wonosobo. Saya, Lestari, dan Dely sudah stand by di depan PLN Jatingaleh sejak pukul setengah 5. Supir travelnya ditelpon supaya datang jam 5 malah datang hampir jam 7. Akibatnya, demi mengejar jam 8 sampe Wonosobo, supirnya menyetir seperti kesetanan. Ngebut ga kira-kira. Nyalip kanan kiri oke.
Rasa cemas, tegang, dan jantung yang berdegup kencang, berakhir ketika mobil akhirnya sampai di terminal Wonosobo. Waktu menunjukkan pukul 8 lewat (lupa lewat berapa hehe). Fyuuuuh....rasanya lega bisa selamat. Apalagi saat berjumpa rombongan Jakarta yang sudah tiba lebih dulu. Makin seneng. Hilang sudah rasa takut yang menyelimuti sepanjang perjalanan Semarang-Wonosobo.
Ohya, terminal Mendolo Wonosobo itu kecil tapi rapi. Suasananya tenang. Tempatnya bersih. Suara kernet tidak berisik berteriak-teriak memanggil calon penumpang. Pedagang tidak ribut menjajakan jualan. Deru mesin bis tidak bising mengganggu kenyamanan. Pokoknya suasananya enak banget.
Bis sewaan yang disediakan Mbak Yayah (ketua trip) ada dua. Bisnya kecil tapi bagus. Warnanya ngejreng, merah dan orange. Bisnya bersih, bangkunya nyaman, dan supirnya juga ramah. Nah, dengan dua bis inilah kami keliling menjelajah Wonosobo selama dua hari.
Bis nyaman sentosa
Penjelajahan dengan bis selama di Wonosobo lancar tanpa kendala. Alhamdulillah. Saat hendak kembali ke Semarang, perjalanan dengan bis baru menuai cerita berbeda. Dibilang sengsara sih iya, tapi karena dinikmati malah jadi seru. Kapan lagi merasakan sengsara ya kan? hehe
Jadi, trip Dieng kan usai hari Minggu tgl 19 Oktober. Jam 4 sore kami sudah kumpul di Terminal Mendolo. Siap untuk kembali ke daerah asal masing-masing. Ada yang ke Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Untuk teman-teman yang kembali ke Jakarta, mereka sudah tidak perlu lagi sibuk mengurus pembelian tiket bis sebab sudah diurus oleh mbak Yayah.
Saya berlima dengan Lestari, Dely, Mbak Riyadh dan ponakan gadisnya, mesti menyetop bis di luar terminal. Mulanya dibantu oleh 2 guide lokal, tapi karena bis yang ditunggu tak kunjung datang, 2 guide itu meminta pamit duluan. Katanya kami ga usah khawatir, bis tujuan Semarang pasti ada.
"Semarang! Semarang!"
Teriakan aneh! haha Setiap ada bis lewat, mbak Riyadh meneriakkan kata Semarang dengan intonasi serupa kernet menawarkan bis. Lha, seharusnya kan dengan nada bertanya: "Semarang?" Mana mau stop bisnya jika seperti itu :D
Nunggu bis jurusan Semarang.
Setelah menunggu lebih dari 1 jam, bis pun datang. Petugas terminal yang sedari awal mengetahui kami butuh bis, menyarankan untuk naik bis yang baru saja keluar dari terminal. Kami pun naik. Eh ternyata bisnya bukan ke Semarang melainkan ke Secang. Lha ya gimana itu? Oh ternyata nanti dari Secang bisa lanjut ke Semarang. Di Secang banyak bis jurusan Semarang. Ok, kami pun naik. Tapi itu bis ga langsung jalan, masih pake ngetem (nunggu penumpang lain) dulu.
Di dalam bis yang ga nyaman itu (bangkunya keras dan berdebu), entah siapa yang duluan nyeletuk, "Eh, supirnya bule apa, ya?"
Waduh, apa iya? Hebat bener ada bule kerja jadi supir bus di Indonesia? :D Saya ngintip lewat kaca di depan supir. Setelah saya amati, ternyata beneran mirip bule. Tari heboh. Mbak Riyad heboh. Saya biasa saja. *halah :p
Saya dan mbak Riyadh mendadak cekikikan menggoda Lestari. Trus saya iseng nanya kernet yang sedang meminta uang bayaran, "Supirnya bule"? Kernet menjawab ketus: "Bukan!". Glodak....
Sebenarnya kami bukan heran ketemu bulenya, tapi heran ada bis di Jawa yang disupiri oleh bule. Bukan lagi jarang, tapi memang ga ada. Saya belum pernah nemu ada bule jadi supir bis di Indonesia :D
Mengintip supir bis bule :D
Nah, sampai di Secang hari sudah gelap. Kami turun, lanjut naik bis tujuan Semarang. Setelah menunggu beberapa waktu baru ada bisnya. Kernet teriak kenceng: "Semarang...Semarang. Bis terakhir." Mendengar kata 'terakhir', kami pun naik. Gubraks, pas masuk bisnya ternyata udah penuh. Ga ada bangku kosong.
"Gimana ini mbak? Masa kita berdiri sampe Semarang?" Mbak Riyadh bertanya cemas. Lha, saya juga ingin bertanya hal yang sama.
Tapi kemudian kami tertawa. Mentertawakan diri kami sendiri. Penumpang lain menoleh pada kami. Haha. Aneh kali pikirnya. Berdiri kok malah tertawa. Ya sudahlah, nikmati saja. Ini seru banget. Kalau kesel bakal jadi capek. Mendingan tertawa saja. Asal berkesudahan :D
Ransel kami taruh di lantai bis. Kami duduki. Eh, kernetnya marah. Ga boleh duduk katanya. Lha, kami kan bayar, masa ga boleh duduk di lantai. Kalau ga boleh ya sediakan bangku atuh. Lagian kenapa pula tadi kami disuruh naik kalau bangku sudah penuh.
Backpacker tulen ya mba Riyadh :))
Nah, petaka mulai datang saat separuh perjalanan. Mesin bis terdengar aneh. Laju bis mulai melambat. Sesekali terdengar dreekk...dreee...dreeeek (ga tahu yang lain menyadari itu atau tidak). Trus dari mesin keluar asap. Eh..bisnya tetap saja jalan. Hadeuh.
Akhirnya bis berhenti. Mungkin mulai sadar akan resikonya. Kamipun diturunkan, hendak dipindahkan ke bis lainnya. Nah, seperti yang saya ceritakan di awal, kami ga jadi pindah. Kami masuk bis lagi, lanjut jalan lagi, tapi pelan-pelan. Dengan kondisi bis dan laju kendaraan yang pelan, kebayang kan jam berapa kami sampe Semarang? :D
Tiba di Semarang sudah lewat dari waktu yang diharapkan. Niat untuk jalan-jalan ke Lawang Sewu gagal total. Saya sudah capek. Rasa lapar sudah tak lagi saya hiraukan. Saya memilih nyari kasur. Pingin tidur. Zzzz......
====
Selalu ada kebahagiaan tersendiri setelah bertualang bersama sahabat, lalu kembali ke rumah dengan selamat.
Wonosobo-Semarang
17-20 Oktober 2014