Andrie Potlot
Assalamu'alaikum Wr Wb,
Mengenal dan berjumpa dengan seorang mbak Andrie, lalu mewawancarainya tentang banyak hal terkait photography, seperti memperoleh keberuntungan yang bertubi-tubi. Mencoba menyingkap keahlian tersembunyi dari sosok ramah yang rendah hati, tenang, dewasa dan sangat bersahabat ini, dalam sebuah kesempatan berharga yang baru mampu saya balas dengan sebaris kata terima kasih, juga doa semoga sukses menyertainya selalu.
Namanya Andriyani, populer dengan nama Andrie Potlot. Kenal beliau di grup MB. Seingat saya pasca MB ngetrip ke Bromo. Waktu itu photo-photo hasil jepretannya yang bertebaran di grup, membuat saya kagum. Mulanya saya kira beliau ini laki-laki, eh ternyata perempuan. Karena penasaran, FB nya saya buka-buka. Oh ternyata....
Alhamdulillah Oktober 2013 lalu berkesempatan ngetrip ke Lombok bareng mbak Andrie. Jalan bareng, makan bareng, menginap bareng, dan foto-foto bareng. Sosoknya berkesan di hati. Satu hal tentang mbak Andrie, beliau profesional. Ga narsis! Selama ini kebanyakan photographer yang saya kenal, jagonya banget, narsisnya juga banget. Sedangkan mbak Andrie, kameranya sudah membidik kemana-mana, ke siapa saja, tapi diri beliau sendiri hanya seperlunya. Bener-bener ga mengutamakan potret diri. Sibuk memotret hal-hal diluar dirinya. Kebalikan dari saya, yang selalu mendahulukan diri pasang badan dan wajah. Pokoknya kalo ga ada diri ini, ga sah. Ga afdol. Ga oke. Ga keren! Hahaha...ya iyalah ya, saya mah narsis tralala. Photo-photo harus ada saya. Harus nampang pokoknya :p
Di mata saya, tercermin betapa beliau fasih dalam menangkap moment. Apa yang disajikannya mampu merangsang sensasi tanpa sensasional. Memiliki kecermatan tinggi, dan juga seorang 'pekerja keras' dalam mencapai hasil (saya ingat waktu beliau berkali-kali menyelam untuk memotret terumbu karang di dasar laut, wiiiih....).
Gaya mbak Andrie ketika memotret
@ Pantai Loang Baloc
@ Pantai Loang Baloc
Oke, berikut wawancara saya dengan mbak Andrie.
Sejak kapan mulai jatuh cinta pada dunia photography?
Sebenernya sejak SMA, kala masih jamannya pakai film. Aku hunting film yang murah meriah, walau hasilnya gak
terlalu bagus. Rumit pula. Untuk motret
aku lebih suka ngeshoot. Kebetulan dulu bapakku punya handycam, aku pake itu. Biasanya
paling suka kalo dimiinta untuk ngeshoot,
entah itu acara pernikahan, ulang tahun maupun peristiwa-peristiwa menarik
lainnya.
Sejak dulu pengen banget belajar fotografi. Tapi merasa kesulitan soal
teknis dan rasanya gak pernah ada kesempatan. Gabung di Facebook tahun 2010 (itu
juga temen yang maksa bikin… xixi). Dia gregetan karena lingkup pergaulanku hanya di seputaran
Potlot saja. Gaul dong bu,
gitu katanya. Ya sudah bergabunglah aku di Facebook. Ngelink
dengan kawan-kawan sekolah. Gabung dari 1
group ke group lainnya. Makin lama makin banyak teman. Awalnya gabung group Ibu-Ibu Doyan Nulis. Satu ketika
di wall group ada yang posting foto sunset. Cantik banget. Pengunggahnya ibu Viviera Siregar. Aku koment. Dari situ akhirnya aku gabung di Rumah Kayu Fotografi. Aku langsung in di
dalamnya, merasa seolah Rumah Kayu adalah rumahku. Auranya hangat. Merasa direngkuh, dan aku gak canggung. Kenapa? Soalnya di sana anggotanya beragam. Dari yang masih kecil sampe yang sudah tua. Yang mahir atau yang baru belajar membaur. Low profile, walau rata-rata di
sana sudah jauh lebih jago dari aku. Peralatan gak dipandang. Dari
yg punya peralatan canggih dengan lensa yg besar-besar, dengan yang hanya
pegang kamera poket, bahkan kamera ponsel. Semua ndak
masalah. Pokoknya love RKF full dah. Jadi bisa aku katakan bahwa berawal dari
RKFlah aku cinta fotografi…
Nelayan di Pantai Selong Belanak
Hhmmm… kenapa yaa? Aku orangnya suka gambar. Suka bikin
prakarya sejak kecil. Waktu SD sudah diajarin bikin berbagai prakarya dimana aku selalu antusias untuk mengikutinya. Dulu waktu SMP dapat nilai 9 di raport. Waktu pelajaran senirupa,
aku suka membuat sesuatu yang detail. Ketika SMA hingga kuliah, aku seneng ngeshoot. Menangkap moment. Sejak SMP sudah seneng jalan-jalan ke gunung, pantai dll. Nah saat gabung FB, jadi suka nulis. Dengan gabung di RKF kesukaan-kesukaan itu seakan menyatu dan terakomodasi dengan motret. Sampai
detik ini gak suka kalo
ngelewatkan moment. Sekarang kamera poket
selalu dibawa bawa kemana. Motret bisa jadi bahan inspirasi untuk nulis dan
sebaliknya. Karena ingin menulis
tentang sesuatu jadi pengen motret sesuatu yg berhubungan dengan apa yg ditulis. Jalan-jalan jadi media untuk
mendapatkan itu semua. Nah klop kan? Semuanya ternyata saling berhubungan dan akhirnya membuat
fresh. Menyenangkan sekali bukan ?
Apa definisi “foto
yang bagus” menurut anda?
Tema pas. Cahaya pas. Moment pas. Komposisi dan segala
hal berkaitan dengan teknis pas. Di samping itu, foto yang bagus adalah foto yang bisa bercerita
tanpa harus dijelaskan detail. Walaupun asumsi tiap orang bisa berbeda. Gak jadi masalah. Yang penting adalah
memotret dengan hati.
What type of
Photography Projects you undertake ? *gaya bener nanya pake bahasa Inggris,
padahal dari tadi nanyanya pake bahasa Indonesia mulu yak hihi*
Sepertinya aku sudah mantap menjadikan fotografi sebagai hobby. Gak untuk dijadikan
bisnis. Tapi misal pada
akhirnya dari hasil jepretanku bisa menghasilkan
materi, ya kenapa juga harus ditolak hahaa. (OB) Intinya nothing
to lose lah. Motret murni bener-benar karena senang
melakukannya. Berhubung karena aku suka jalan jalan, backpackeran, eh ada yang menyebut udah jadi phototraveler aja. Itu mendekati
dengan hati. Jadi ndak masalah.
Berbicara mengenai peralatan, kamera dan lensa apa yang
anda miliki saat ini? Dan jika anda harus memilih satu jenis lensa, lensa manakah yang
akan anda pilih? Kenapa? *Pertanyaan
borongan hihi*
Gak perlulah tergantung dengan peralatan. Yang dipegang saat ini yang
dimaksimalkan. Walau sekedar kamera
ponsel dengan resolusi minim. Aku pemotret amatir. Berilmu
dangkal. Kamera Canon 650 D hanya punya lensa
standard. Lensa zoom 300mm dan lensa fix. Rencana mau nambah beli lensa sapujagad. Mudah-mudahan dapet murah nanti. Rencana ingin beli di Singapura. Kebetulan dapat tiket murah dan berencana pergi akhir bulan ini bareng
keluarga. Karena aku suka berenang dan
berniat untuk terus beraktifitas (motret) yang ada hubungannya dengan air, baru-baru ini aku beli kamera underwater yang bisa maksimal untuk motret di darat juga.
Soal jenis lensa, kalo mau beli
kamera mending beli body aja plus lensa sapu jagad tadi. Udah cukup efektif. Bisa deket, bisa jauh, tanpa harus ganti-ganti lensa J Kalo dikasih
kesempatan sih pengen beli lensa tele yg bisa makro.. hehee…
*Lensa
sapujagad….baru denger hihihi*
Dari sekian banyak peralatan, kamera – lensa – software – aksesoris, manakah yang menurut anda menjadi kunci untuk menghasilkan foto yang bagus?
Sebenernya gak tergantung
kameranya. Pake kamera ponsel kalo motret/moment
pencahayaan/komposisinya bagus, gak akan kalah dengan
kamera pro. Kalo kameranya bagus hasilnya bagus itu biasa. Kalo kameranya biasa
tapi menghasilkan foto
yg bagus.. itu baru luar biasa.
*langsung
merenung sambil manggut-manggut*
Bagaimana anda mempelajari teknik-teknik fotografi?
Belajar sendiri atau anda memiliki “guru” dalam fotografi?
Teknik-teknik dasar, seperti cara pengambilan dan penempatan Point Of Interest dan sebagainya sudah
diajarkan kepada kami dari kecil. Sejauh ini aku belum pernah kursus/belajar secara spesifik. Sering rajin
ikutan hunting yang diadakan oleh RKF. Selalu bawa kamera kemana-mana. Intinya sering
latihan. Nambah ilmu dengan cara sharing dengan kawan kawan. Baca-baca modul/buku-buku dan internet.
Teknik-teknik
dasar, seperti cara pengambilan dan penempatan Point Of Interest dan
sebagainya, penting gak untuk dipelajari?
Penting dong. Gak ada salahnya membaca tapi yang lebih
penting lagi banyak-banyaklah memotret.
Anda memotret
hampir apa saja, macro, fauna,
flora, manusia, produk, juga human interest. Subyek apa yang sebenarnya paling
membuat anda merasa
“hidup”?
Hal hal
baru! Apapun objeknya. Di tempat-tempat baru akan
lebih menantang. Ketemu orang-orang baru dengan
berbagai karakter akan memberikan soul tersendiri saat memotret.. hehe..
Pesan apakah yang sering ingin anda sampaikan melalui
foto-foto anda?
Bisa bermacam
macam. Tergantung kondisi dan situasi. Kita, umat Islam diwajibkan untuk selalu membaca. Dari setetes embun
pun akan banyak makna yg bisa disampaikanJ
*wah, dalem nih*
Siapakah fotografer yang menjadi
sumber inspirasi anda?
Dulu sempet dapet orderan mug dari
Jerry Aurum, mungkin sekitar 5-6 tahunan yang
lalu (gak nyambung yak
hihih).
Yang saya tahu dia pemotret handal. Pemenang
wirausaha muda mandiri. Cukup kagum sama beliau. Dulu, kebanyakan
teman-teman di RKF,
adalah inspiratory, terutama pak guru Fendi Siregar. Indonesia harusnya bangga mempunyai
seorang seperti beliau. Trus, aku juga suka sama Madam Vivie. Tulisan-tulisannya tentang fotografi
meresap sampai
ke hati. Katanya “dan dunia adalah
laboratorium yang baik untuk para fotografer, dimana mereka bisa melakukan
berbagai percobaan pemotretan untuk menghasilkan satu karya pilihan yang luar
biasa” dan beliau selalu bilang….” follow your heart”.
*Wow, inspiratif*
Di titik manakah/aspek apakah yg anda merasa masih harus memperbaiki kemampuan
fotografi anda?
Waaah banyak. Daku newbie di bidang
fotografi. Baru seumur jagung.
Masih harus banyak
belajar tentunya. Hal-hal teknis perlu lebih dipelajari agar
lebih mudah /jadi bekal saat action.
*down to earth banget deh
mbak yang satu ini*
Apa saran anda bagi para photographer
pemula yang ingin meningkatkan skill fotografi?
Saran? Yang pertama harus tahu bahwa dia suka dengan fotografi.
Sesuatu
yg didasari atas dasar kesukaan/kecintaan akan mempermudah proses /tahapan
berikutnya J Gak perlu minder kalo belum punya kamera
bagus. Maksimalkan yang ada. Pencahayaan pas.
Posisi/komposisi pas, moment yg ditangkap menarik. Mencari
tempat-tempat indah/menarik.
Sebenernya
di sekitar kita juga banyak hal-hal kecil dan sederhana yang jadi menarik kalo kita bisa mengexposenya.
*noted*
Saya penasaran untuk mengenal lebih
jauh tentang anda terkait foto candid anda yang selalu bercerita. Apakah ada
maksud tertentu untuk menampilkan visual secara candid ?
Terus terang aku gak terlalu suka foto yang diatur hahaa. Lebih suka candid.
Expresi lebih natural dan enggak dibuat buat. Kadang-kadang iya, pas motret langsung mikir “ah nanti akan cerita tentang hal itu” misalnya. Atau sebaliknya dari hasil jepretan justru bisa
jadi ide untuk bahan nulis.
Bersedia tidak kalau saya menjuluki anda sebagai Moment Catcher?
Whaaa… boleeeh.. gak nolak kok hahaa…
*langsung potong kambing
buat syukuran nama hihi*
Terakhir nih, pertanyaan narsis,
kemarin
waktu ke Lombok saya merasa mendapat banyak foto bagus
dari hasil jepretan anda. Bisa membuat kesimpulan gak apa yang
paling menarik dari memotret saya? Harus dijawab lho
*nanya sambil nodongin senjata*
Pernah
baca coment Bi Iffa? Tentang mata lensa wkwk.. Lensaku itu otomatis mengarah
pada bidang-bidang yang menarik. Gak perlu
disuruh atau diminta bakal membidik sendiri. Yang menarik itu semacam warna, komposisi, bentuk dll. Mbak Rien kan pada dasarnya suka bergaya depan kamera. Dan
itu sepertinya udah diniatkan sejak awal pergi...hahaa... hayooo... ngaku. Mbak Rien karena udah pengalaman dan sering, jadi tau ornament pendukung, sikap,
gerak gerik, cuaca, latar belakang.. Itu juga yang gak bisa nahan kamera ini untuk
menjepret.. hehee. Untuk
foto candid, aku paling suka foto mbak Rien waktu sama anak-anak bule kecil itu, dan
waktu di pantai.
*hihi ketahuan deh, Jadi malu :p eh tapi betul sih, yang sama anak-anak bule memang kece photonya huehehe
*hihi ketahuan deh, Jadi malu :p eh tapi betul sih, yang sama anak-anak bule memang kece photonya huehehe
Anak-anak bule di Gili Nanggu
Terima kasih banyak Mbak Andrie, sudah berbagi waktu, kesempatan dan ilmu. Semoga sukses selalu. Salam potret! :D
**Catatan: Semua foto dalam tulisan ini hasil jepretan mbak Andrie ketika kami ngetrip di Lombok.
**Catatan: Semua foto dalam tulisan ini hasil jepretan mbak Andrie ketika kami ngetrip di Lombok.
Aku ikutan membaca mencuri ilmu dari mbak andrie potlot :-)
BalasHapuswaah aku jadi lebih mengenal mabak Andrie Potlot teman jalanku waktu ke Malaysia dan Singapur bulan lalu. Aku nambahin namanya ah ( landihan kalo kata orang Sunda mah ): miss google map. Soalnya, dia kemarin lebih sering natap google map daripada jalan. biar kami gak nyasar hahaha....
BalasHapusSalken ya mbak Rien