Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Teman, apa yang langsung terlintas di
pikiranmu jika menyebut kuliner Padang? Rendang! Ya, tak salah lagi. Siapa yang tak kenal kuliner
lezat dan melegenda yang telah lama masuk dalam jajaran kuliner dunia itu?
Jangan mengaku sebagai orang Indonesia jika tak kenal rendang. He he. Nah, Sumatera
Barat bukan hanya tentang Padang,
tapi juga tentang Bukittinggi. Maka,
kuliner di Ranah Minang juga bukan hanya tentang Rendang, tapi juga tentang Nasi
Kapau. Sudah pernah mendengar tentang Nasi Kapau sebelumnya? Belum? Duh! Mau saya beri tahu? Oke, kebetulan ada kontes blog
jelajah kuliner unik Nusantara dari Daihatsu nih. Yuk mari simak…
Nasi Kapau itu apa sih?
Nasi Ramas! Lho, kok mirip nasi rames ya namanya?
Ya, kedengarannya memang hampir sama, beda pada vocal ‘a’ dan ‘e’ saja. Lantas,
apakah nasi rames ala Jawa (karena
saya biasa dengarnya di Jawa) sama dengan nasi ramas ala Kapau? Wah, tentunya beda. Yuk ketahui ciri khasnya.
Nasi
Kapau adalah nasi ramas khas Nagari Kapau, Sumatera
Barat, terdiri dari : nasi, sambal, dan lauk pauk khas Kapau. Nasi Kapau sangat khas dengan masakan gulainya, mulai dari gulai usus (tambunsu)
yang terbuat dari campuran telur ayam dan tahu yang dimasukkan ke usus sapi (karena usus kerbau lebih keras), gulai ikan, gulai
tunjang (urat kaki kerbau atau sapi), gulai cangcang
(tulang dan daging kerbau), gulai babek (paruik kabau), hingga gulai
nangka (cubadak). Lauk pauk Nasi
Kapau biasanya berupa rendang ayam, rendang daging, ayam panggang, ayam goreng, teri balado, tongkol balado, dendeng balado,
goreng belut, dendeng basah cabai hijau, sup tulang iga, telur ikan, dan sambal lado hijau.
Dan satu hal lagi, beras Nasi
Kapau itu khas karena menggunakan beras bermutu tinggi
yang umumnya dikirim dari Bukittinggi dan Agam. Wow,
ternyata bukan sembarang beras.
Warung Nasi Kapau
Dari Mana Asal Muasal Nasi Kapau?
Begini, kenapa disebut Nasi Kapau? Karena berasal dari Kapau. Seperti
halnya Padang, Kapau adalah nama tempat. Nama sebuah nagari, Nagari Kapau,
Kecamatan Tilatang Kamang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Letaknya sekitar
lima kilometer dari Bukittinggi, atau sekitar 15 menit perjalanan berkendara.
Sejak kapan Nasi Kapau mulai dikomersilkan? Nah saya tidak tahu, soalnya sewaktu
di Bukittinggi saya memang tidak bertemu dengan sumber yang dapat memastikan
kapan Nasi Kapau mulai dijual. Namun dari cerita orang-orang yang pernah
bertanya langsung ke para tetua kampung, konon Nasi Kapau itu katanya sudah ada
sejak zaman penjajahan Belanda. Dulu, dari Nagari Kapau yang berudara sejuk dan
segar, para ibu naik kereta api (pastinya itu kereta kini tak aktif lagi dong
ya) sambil menggendong Nasi Kapau dalam bakul. Nasi Kapau itu mereka jual dari
ke kampung-kampung dan juga dibawa ke pusat keramaian di Bukittinggi. Di masa
sekarang pusat keramaian itu adalah pasar
tradisional yang buka hanya setiap pekan, antara lain: Pasar Lasi, Pasar Baso,
Pasar Biaro, atau Pasar Padang Luar.
Jadi, dari mana asal Nasi Kapau? Ya, dari Nagari Kapau. Kapau itu adanya di
mana? Di Sumatera Barat. Wes, itu
aja. He he.
Nasi Kapau + Kerupuk + Segelas air minum dalam mangkuk berisi air
Apa Bedanya Nasi Kapau Dengan Nasi Padang?
Mau tahu perbedaannya? Yuk
kita gunakan indra penglihatan dan indra pengecap kita. Pertama, secara visual kita
akan langsung menemukan perbedaan pada warna bumbu kuah gulai, dimana masakan Padang kuahnya berwarna kecoklatan,
sedangkan Nasi Kapau kuahnya berwarna kekuningan. Warna kuning itu merupakan
ciri khas Nasi Kapau, berasal dari warna alami rempah kunyit yang dipadu kemiri
sebagai pengental kuah.
Dari mata turun ke lidah.
Lewat lidah, kita akan menemukan perbedaan berikutnya. Apa itu? Cita rasa! Ya,
citarasa yang terdapat pada masakan Nasi Kapau lebih ‘nendang’ dan lebih
‘nonjok’. Kenapa bisa begitu? Ada sebabnya lho.
Begini, Nasi Kapau itu kan nasi pedalaman. Bukan sembarang pedalaman, melainkan
pedalaman yang terletak di dataran tinggi dan dingin. Nah biasanya nih, udara
dingin kerap memicu orang untuk bisa merasakan yang hangat-hangat. Kamu saja jika
sedang dingin-dingin disodori
makanan, pastinya milih yang pedas-pedas, hangat dan bikin lidah
jingkrak-jingkrak, kan? Begitu pula yang terjadi dengan Nasi Kapau, biar
‘nendang’ maka ditambah beberapa bumbu yang ‘berani’ dan dominan sehingga bikin
mulut jadi seperti ketonjok. He he. Tenang, bumbunya bukan bogem kok, tapi
rempah-rempah.
Nasi Kapau tak hanya khas
dengan bumbunya yang bervariasi, tapi juga karena pengolahannya yang lebih
rumit dari pada Nasi Padang. Selain itu bumbu-bumbu yang dipergunakan adalah
bumbu-bumbu segar yang serba alami. Bumbu dan cara pengolahan inilah yang mempengaruhi kualitas rasa, sehingga
Nasi Kapau bisa tampil beda. Yuk catat tentang satu hal ini: Meskipun Nasi Kapau dan Nasi Padang memiliki perbedaan,
namun image pedas dan mengandung
santan tak bisa lepas dari masakan Minang. Jadi, diantara perbedaan itu, tetap
ada persamaan.
Sepiring Nasi Kapau
Apa Keunikan Nasi Kapau?
Banyak! Mulai dari segi nama, tampilan rasa, jumlah menu lauk-pauk yang
disajikan, bahan, bumbu, cara memasak, hingga cara penyajian.
Bagi yang baru pertama makan Nasi Kapau, mungkin akan terbelalak dengan jumlah
menu lauk pauknya yang sungguh banyak dan beragam! Paling sedikit jumlah
menunya ada 15 lho. Saya masih ingat
betul ketika masuk ke warung Nasi Kapau Tek Sam di los Lambung pasar bawah
Bukittinggi, panci-panci besar dan piring-piring lebar berbaris rapi di meja
yang bertingkat-tingkat. Saya mesti berdiri untuk melihat menu
yang ada di tingkat paling atas. Juga perlu berjalan dari satu sisi meja ke
sisi lainnya agar bisa
melihat seluruh menu. Dimana ibu penjualnya melayani
pembeli? Di tengah-tengah meja saji. Di
situ ada semacam ruang kecil tempat ibu penjualnya berdiri. Saat kita memilih
menu, ibu penjualnya akan menyendokkan lauk yang kita pilih dengan menggunakan
sendok gulai bertangkai panjang dari tempurung kelapa.
Sajian unik Nasi Kapau
Yang khas dari Nasi Kapau ada pada gulainya, dimana bahan sayur yang
digunakan berupa campuran kacang panjang,
kol, pucuk ubi, rebung, pakis, dan jengkol. Wow, jengkol bo! Nah, uniknya
nih, racikan bumbu gulai itu ditumbuk dalam tempat penghancur bumbu tradisional
yang disebut lasuang. Kemudian
bumbu-bumbu itu disangrai dalam kuali besi, di atas tungku berbahan bakar kayu
api. Untuk mendapatkan bumbu yang enak, bumbu mesti disangrai dalam waktu lama. “Wah, ga gosong tuh kalo lama?” Ya
enggaklah, kan apinya diatur kecil-kecil saja. Kok sepertinya sulit ya? Memang mesti begitu syarat utamanya jika ingin agar rasa dan
aroma alami dari bahan dapat keluar dengan sempurna. He he.
Hal unik lainnya ada pada cita rasa. Ternyata nih, cita rasa Nasi Kapau yang
dimiliki antara keluarga yang satu dengan keluarga lainnya kerap berbeda meskipun
mereka satu kampung. Ya, tangan tiap orang beda-beda sih ya, masing-masing dengan ‘kekuatannya’. Yang menarik, dalam menakar
resep biasanya cukup dengan lidah yang sekaligus berfungsi sebagai pengontrol
rasa, aroma dan tampilan fisik. Tidak menggunakan alat takar baku untuk
menentukan banyaknya bahan yang dibutuhkan. Hanya mengandalkan alat takar alami
yang Tuhan ciptakan, termasuk dengan hati dan perasaan sebagai alat utama dalam
melakukan pekerjaan memasak. Ya, hati dan perasaan adalah yang paling penting
bagi siapapun yang memasak. Yang terakhir, keunikan Nasi Kapau terletak pada gulai
nangkanya yang tidak menggunakan banyak
santan, sehingga tidak terlalu kental seperti gulai nangka umumnya.
Los Pasar Bawah Bukittinggi
Pusat warung-warung Nasi Kapau
Yuk Makan Nasi Kapau Di Bukittinggi
Ke Padang tak makan Rendang, maka tak nendang. Ke Bukittinggi tak makan
Nasi Kapau, maka tak hilang galau. Yeah, itulah
jargon saya ketika datang ke Bukittinggi tahun lalu. Saya betul-betul memastikan
diri untuk mendatangi warung Nasi Kapau yang terpusat di Pasar Lambung (Los
Lambung), di Pasar Bawah Bukittinggi yang terletak tak jauh dari Jam Gadang.
Teman, tahu bagaimana rasanya ketika pertama kali makan Nasi Kapau? Tahu bagaimana lezatnya Nasi Kapau yang saya cicip pertama kali itu? Uuuh...terlalu nikmat untuk diceritakan, dan terlalu lezat untuk dilupakan. Kamu
tak kan tahu rasa dan sensasinya, jika tak datang sendiri dan mencicipi kuliner
ajib ini langsung di Bukittingi. Yang jelas, Nasi
Kapau membuat saya ingin kembali menikmatinya jika suatu hari datang lagi ke
Bukittinggi. Ayo teman, temukan keunikan Nasi Kapau di Bukittinggi.
Tempatku menikmati Nasi Kapau di Bukittinggi
--Selesai—
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog Jelajah Kuliner Unik Nusantara,
yang diselenggarakan oleh VIVA.Co.id. dan Daihatsu. Untuk mendukung lomba
tersebut, saya sudah memfollow Twitter @Daihatsu dan @VIVA_log, dan like Fanpage
Daihatsu Indonesia di Facebook. Berikut saya sertakan bukti follow, like dan tweet,
sbb:
Terima kasih ^__^