Ketika menjelajah Lombok pada bulan Oktober lalu, saya mengamati tumbuhan di sepanjang jalan yang kami lalui ketika berwisata. Tumbuh-tumbuhan yang meranggas, kering kekuningan seperti penyakitan. Musim hujan yang belum jua datang, membuat tanah jadi kerontang. Bukit-bukit gersang, menampakan kekeringan. Hanya tumbuhan yang kuat di musim kering yang mampu bertahan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, melihat tanaman tembakau yang selama ini menjadi bahan utama rokok. Awalnya saya kira pohon jagung, ternyata bukan. Kebun tembakau yang luasnya tak terkira oleh otak saya yang malas menghitung, saya coba jepret dari balik kaca jendela ELF yang terus berkelebat. Satu dan dua nampak bagus, puluhan lainnya tak dapat menjelaskan apapun. Mungkin keberuntungan saya memotret sedang lebih banyak terlepas.
Pohon-pohon kesepian di bukit gersang, eksotik di bola mata yang memandang. Antara senang dan trenyuh. Seperti telah 24 purnama tak dicumbui hujan. Di pantai-pantai nan elok, pohon-pohon sedang merindukan tunas-tunasnya. Berharap dari tunas-tunas itu bermunculan daun-daun lebat yang hijau lagi menyegarkan.
Pohon yang tumbuh di pantai Gili Sudak
Pohon jenis ini mendominasi tepian Pantai Sekotong
Gilis Kedis yang tak berpenghuni, pohon-pohonnya berubah fungsi :p
Setinggi-tingginya pohon di Gili Kedis
Dalam perjalanan berkeliling di Lombok Tengah, ketika menuju pantai Selong Belanak, Pantai Mawun, dan Pantai Kuta, saya mendapati beratus-ratus pohon Jambu Mete yang nampaknya tak terpengaruh oleh musim kemarau yang panjang. Buahnya lebat, merah-merah menggoda. Saking lebatnya, buah-buah jambu yang matang di pohon itu berguguran ke tanah. Bergeletakan begitu saja. Tiada yang memungutnya. Ingin rasanya meminta pak supir berhenti, lalu memungut barang satu atau dua biji. Agar liur tak menetes. Ah, tapi itu sekedar ingin, tak elok rasanya kepingin sendiri, sedang yang lain sedang berburu waktu, menuju kota Mataram. Mengejar sunset di Pantai Senggigi.
Tanah Lombok memang sedang kering. Hujan yang telah lama dinanti memang belum jua menampakkan titik airnya. Namun di hutan tropis yang kami lalui saat menuju kaki Gunung Rinjani, pepohonan tetap menampakkan aslinya. Tinggi rindang dan rimbun. Kera-kera liar terlihat di banyak tempat. Girang melompat-lompat. Mungkin senang sebab masih punya rumah yang nyaman untuk tinggal. Pun saya, masih bisa menikmati asrinya hutan alam di bumi Lombok yang sedang kerontang.
Pohon Jambu Mete
Tanah Lombok memang sedang kering. Hujan yang telah lama dinanti memang belum jua menampakkan titik airnya. Namun di hutan tropis yang kami lalui saat menuju kaki Gunung Rinjani, pepohonan tetap menampakkan aslinya. Tinggi rindang dan rimbun. Kera-kera liar terlihat di banyak tempat. Girang melompat-lompat. Mungkin senang sebab masih punya rumah yang nyaman untuk tinggal. Pun saya, masih bisa menikmati asrinya hutan alam di bumi Lombok yang sedang kerontang.
Masih hijau
Masih cukup untuk berteduh
Pantai-pantai di Lombok, tak seperti halnya pantai di Tanah Jawa yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Atau, katakanlah seperti pantai-pantai pada umumnya. Di sini, hampir tak saya lihat ada pohon kelapa yang jadi ciri khas penghias pantai. Mirip di Bali, seperti pohon-pohon yang tumbuh di Pantai Uluwatu. Hewan kera yang berkeliaran dan nangkring di dahan-dahan pun juga sama. Hmm...Lombok dan Bali seperti memiliki kesamaan.
Berkendara menyusui pinggiran pulau, naik bukit turun bukit, maka yang nampak adalah pemandangan laut yang timbul tenggelam. Sesekali terlihat, sesekali tertutupi. Bila biru laut terhampar di pandang mata, seakan jaraknya dekat sekali. Padahal tak cukup 2-3 kilometer untuk mencapainya. Yang paling dekat untuk dilihat dan mungkin dijamah, hanyalah tumbuhan di tepi jalan. Entah apa namanya, tumbuhan berbunga putih dengan kuntumnya yang bulat-bulat itu banyak sekali dijumpai. Rupanya tak peduli pada jalan yang kering dan rada berbatu, tumbuhan itu tetap hidup dengan segala kecantikannya.
Hamparan laut biru yang seakan begitu dekat
Pohon kelapa memilih tumbuh di bukit gersang, ketimbang di pantai :D
===
Tanah Lombok seperti sedang mengirim pesan, bumi ini panas.
*Kebanyakan foto dipotret dari balik jendela kaca ELF. Tanpa editan, kecuali menambahkan watermark dan mengecilkan size.
Share this
Give us your opinion