Pertanyaan orang rumah saat aku kembali dari backpackeran ke Lombok adalah "Bagaimana keadaanmu, sayang? Sehat? Sakit? Happy?" Cieee...romantis trilili ditanyain begitu ya. Penuh perhatian dan cinta. Makan tuh cinta! Eh tapi kok ya langsung gedubrak jatoh saat ada (bukan orang rumah) nanya begini : "Gimana rasanya backpackeran? Ngegembel gak?" Aduuuh biuuuuung....
Oke, ini memang pengalaman pertamaku bepergian dengan label backpacker. Lho, emang selama ini berlabel apa? Flashpacker? Traveler? Turis jet set? Hiyaaaa....aku malah ga tau tentang label-label itu. Apapun labelnya, kalo aku mau jalan ya jalan aja. Soal nanti gaya jalannya ranselan, koperan, atau malah rumahan, bagaimana baiknya yang menilai saja. Wow, rumahan! Gaya jalan apaan tuh? Itu lho, perginya memanggul rumah. Seisi rumah dibawa. Ya kamarnya, bathroomnya, dapurnya, bathupnya, pokoknya semuanya. Itu mah pindah rumah namanya!
Berjalan ya berjalan. Berjalan senyaman yang aku inginkan. Nyaman dalam artian aku enjoy melakukannya. Apapun keadaannya.
Lanjut lagi yo. Ntar bablas ngalor ngidul ga kelar-kelar nih bahasan. Serius amat maaaak...
Backpackeran = ngegembel. Emangnya backpackeran itu identik dengan ngegembel? "Kata orang-orang sih begitu." Oh, apa iya begitu? Kok kemarin aku backpackeran ga merasakan yang namanya ngegembel ya? Apa akunya yang buta akan definisi dari ngegembel?
Kamar-kamar di Wisma Nusantara
Bisa jadi sebutan ngegembel untuk jalan ala backpacker itu akibat dari banyaknya cerita orang yang memang mengalami perjalanan yang tidak biasa bagi mereka yang berjalan dengan cara biasa. Nah ribet kan ngomongnya. Maksudku, bagi mereka yang terbiasa berjalan "enak", jadi memandang "ga enak" pada perjalanan yang tidak biasa mereka lakukan. Padahal sebetulnya bukan soal enak ga enak, tapi soal pilihan. Dan pilihan, kembali ke : Apakah kita menikmati perjalanan itu atau tidak. Dan menikmati itu tidak terkait enak atau tidak enak. Kalau nyaman ngegembel dan ga punya resiko pada fisik (misalnya : sakit), ya monggo silahkan. Kalo punya badan ringkih, rentan terhadap penyakit, ya jangan mau ngegembel.
Buat apa jalan-jalan kalau sakit. Kalau sudah sakit, lalu dimana nikmatnya berjalan-jalan? Bukannya bahagia bisa melihat keindahan alam, yang ada malah masuk RS. Yang dilihat malah selang infus. Udah gitu, bikin repot orang pula. Jadi, ya kembali ke individu masing-masing. Toh yang tahu setelan badannya kayak apa kan diri sendiri.
Buat apa jalan-jalan kalau sakit. Kalau sudah sakit, lalu dimana nikmatnya berjalan-jalan? Bukannya bahagia bisa melihat keindahan alam, yang ada malah masuk RS. Yang dilihat malah selang infus. Udah gitu, bikin repot orang pula. Jadi, ya kembali ke individu masing-masing. Toh yang tahu setelan badannya kayak apa kan diri sendiri.
Alhamdulillah kemarin di Lombok kami menginap di Wisma Nusantara 2, penginapan
yang sama sekali ga membuatku merasa ngegembel. Kalo menurut mbak
Ima, Wisma Nusantara 2 tempat kami menginap itu, disebutnya sebagai
penginapan yang masih manusiawi. Lho, yang ga manusiawi itu yang gimana mbak?
Jiyaaah....
Tiap kali mau berangkat, foto-foto dulu depan hotel
Enak menginap di Wisma Nusantara? Enak. Kenapa enak? Karena kondisinya diluar perkiraanku yang awalnya menyangka akan menginap di kamar type SSSSSS : Sangat Sederhana Sehingga Selonjor Saja Susah. Bukan rumah aja ada type RSS ya, kamar juga ada. Malah banyak banget S nya. Toweeeeng....
Kenapa aku mengira bakal menginap di tempat super sederhana? Karena sebelum berangkat ke Lombok, aku sempat sibuk mempelajari catatan para peserta trip-trip sebelumnya. Misalnya nih, waktu MB trip ke Dieng, kasurnya katanya keras. Waktu trip ke Bromo, kasurnya kutuan. Kutu-kutu yang sukses bikin kulit orang yang tidur diatasnya jadi penuh tato. Mending tato lope lope, ini mah tatonya gambar burung hantu. Halah, sok tau itu. Mana ada gigitan kutu bisa berbentuk burung hantu. Trus waktu trip ke Mesir, mereka menginap di flat yang punya toilet bersama dengan kondisi yang kotor, bau dan minim air. Wiiiih...jangan-jangan nanti di Lombok aku bakal mengalami hal-hal serupa? Jangan-jangan ntar malah lebih parah?
Lantas, apa karena pengalaman "ga enak" teman-teman MB sebelumnya itu membuatku batal ikut trip ke Lombok? Oh, justru aku semangat untuk merasakan semua itu! Wuooooooo....kayak Xena kamu Rien. Apa hubungannya coba?
And you know what? Itu Wisma Nusantara 2 ga seperti perkiraanku. Kecewa dong aku haha. Ya, manusiawilah ya kalau menjumpai kenyataan tak sesuai realita lalu jadi kecewa. Tapi yang terpenting adalah sikap setelahnya. Karena kamarnya enak apa aku harus jadi marah trus mau complain kemana-mana, trus milih tidur di emperan toko gitu? Ya enggaklah. Bersyukur malah. Walaupun sebetulnya aku merasa persiapan yang kulakukan jadi ga terpakai. Hah!! Persiapan apaan? Itu lho, nyiapin kain untuk alas punggung biar ga keras. Nyiapin obat anti serangga. Nyiapin tisu basah dan kering dalam jumlah banyak (walaupun bikin isi ransel jadi max). Kali aja air di bak mandinya ga ngucur, jadi aku bisa mandi pake tisu basah. Iiiikh...kayak bayi. Tuh laut luas kalo mau mandi, tinggal nyebur maaak....
Kudengar, mbak Ima bilang trip ke Lombok ini trip terbaik MB dari segi penginapan. Walau aku tidak merasakan langsung bagaimana rasanya menginap pada trip-trip sebelumnya tapi jika benar begitu berarti mbak Ima patut ku acungi jempol. Sebab ini adalah bentuk upaya beliau dalam belajar dari trip-trip sebelumnya. Artinya, ada usaha yang beliau lakukan agar trip-trip selanjutnya selalu menjadi lebih baik dari trip-trip sebelumnya (faktor biaya juga ngaruh sih, ada harga ada kualitas xixixi). Karena pengalaman adalah pelajaran berharga, maka pelajaran menjadikan kita untuk lebih baik ke depannya. Begitu kan ya mbak Ima? Thanks mbak Ima. Penginapannya enak. Nyaam...nyam.. Makanan kalee enak...
Kamarnya kalo dibilang bagus ya enggak, tapi lumayan. Ada AC dengan kondisi yang cukup bagus. AC ini tentu berguna karena cuaca di Lombok saat itu memang sedang panas sekali. Ketika Indonesia bagian barat sudah kerap diguyur hujan, bagian timur malah belum. Ada kamar mandi dalam berukuran kecil dengan kloset model jongkok. Ada lemari dengan rak yang papannya terlihat sudah rapuh. Agak sedikit lembab. Jadi, ketika menaruh baju, raknya kualasi dengan plastik. Sengaja kutaruh beberapa "kosmetik" yang mengandung wewangian, supaya bisa mengatasi bau lembabnya.
Tempat tidurnya kecil, tapi tidak keras. Sarapan paginya berupa kopi/teh dan 2 potong kue. Memang sudah lebih dari cukup untuk penginap ala backpacker. Dan aku berusaha menyesuaikan diri dengan semua itu. Bukan aku belagu (cuma benyanyi *lho), tapi ini kondisinya memang lain dari biasa yang aku temui dalam perjalananku. Pernah juga menjumpai hal serupa, yakni ketika berlibur ke Pulau Tidung. Di Pulau Tidung aku menginap di homestay. Itu karena di Pulau Tidung memang tidak ada hotel/resort. Tapi Alhamdulillah, pengalaman pertama menginap di homestay itu membuatku jadi belajar. Makanya di Wisma Nusantara ini aku ga kagok lagi.
Di lobby hotel, Duta sedang menjelaskan peta lombok ke mbak Fathia
Tak ada keran air hangat di kamar mandi. Oke, ga masalah. Ini bukan kendala besar. Hanya saja karena di hari kedua di Lombok, menstruasi ku datang, aku merasa perlu dengan adanya air hangat. Berhubung ga ada, ya sudah. Tunda saja mandinya. Sekedar info, ketika sedang menstruasi, suhu tubuhku menjadi lebih dingin dari biasanya. Badanku seperti merinding sepanjang waktu. Jadi yang kulakukan kemarin adalah menunda mandi sampai aku merasa suhu badanku siap untuk bersentuhan dengan air. Yang penting masuk ke kamar mandi untuk ganti pembalut, cuci muka dan cuci kaki.
Ketika menstruasi, badanku ga hanya mengalami perubahan pada suhu badan, tapi juga pada perut (terkait lambung dan pencernaan). Rasa mual, mulas, muntah, sakit kepala, bahkan terkadang kalau sedang parah pake pingsan segala. Aku mengantisipasi semua itu dengan obat-obatan yang sudah kusiapkan dari Jakarta. Ketika gejalanya sudah timbul, lekas kuminum obat-obatnya. Alhamdulillah aku ga merasakan sakit yang berarti selama menstruasi di Lombok kemarin.
Malam pertama di Lombok, sesaat sebelum dinner di tenda ayam taliwang
Memang ya, banyak hal-hal yang tidak selamanya akan sama dengan kondisi pribadi kita. Tinggal kita saja pandai-pandai menyesuaikan diri. Kalau punya maag kayak aku, ya jangan makan makanan pedas. Kalau sedang menstruasi ga bisa mandi air dingin, ya ga usah mandi dulu. Kalau ga bisa buang air di kloset jongkok (karena ga biasa), ya jangan BAB dulu hahaha. Belagu amat. Pentung aja. Bisa gitu menahan BABnya? Kalo aku sih kemarin kena efect obat maag yang aku minum. Jadinya selama 4 hari (kecuali hari pertama), aku ga BAB. Padahal tiap pagi perut mules, sudah bolak balik ke toilet, ga juga BAB. Kenapa ya? Mari kita tanyakan pada kloset jongkok, barangkali dia merasa kalau aku ga nyaman berjongkok di atasnya haha... makin belagu aja maaaak. Di sambit kloset. Hoeeeks...
Intinya sih, kalau sudah siap dengan segala resiko, dan tahu cara mengatasi kendala-kendala yang mungkin akan menghadang *hiperbola*, kita ga akan ngomel dengan kenyataan yang dihadapi. Ga ada AC, ya silahkan tidur buka baju, trus baring deh di atap penginapan. Yakin deh bakal dilempari botol ama penduduk sekitar. Ga ada sarapan pagi yang nikmat dan lezat kayak di hotel-hotel, ya beli keluar. Jangan mengandalkan penginapan. Ga ada hot water di bathroomnya, ya ga usah mandi. Gitu aja kok repot. Paling orang tutup hidung.
Beli sarapan dekat penginapan
Karena perjalanan semestinya adalah membuat kita belajar dan bertambah dewasa, maka GA BIASA bukan berarti membuat kita GA BISA. Keluar dari zona nyaman itu, salah satunya membuat kita mandiri, respect terhadap hal-hal sederhana, orang-orang sederhana, dan perilaku-perilaku sederhana. Tapi yang penting diketahui dari belajar mandiri (dalam hal terkait traveling) adalah bahwa jangan pernah mengabaikan faktor kesehatan dan keselamatan. Artinya, kamu boleh berlelah-lelah backpackeran, menjalani pola hidup ala backpacker, tapi tetap perhatikan kondisi raga. Jangan sampai berburu kata mandiri dan sederhana, tapi yang didapat malah "celaka". Bukan pengalaman indah yang didapat, malah pengalaman menderita. Kalau pingin menderita, cari waktu dan tempat yang tepat. *ngomong depan kaca.
Kita tahu "setelan" masing-masing tubuh kita. Kita yang tahu kemampuan kita. Dan menurutku, sederhana dalam berjalan itu adalah berdamai dengan keadaan diri sendiri. Pandai menyesuaikan keadaan. Dan tetap "ramah" pada keadaan yang tidak seusai dengan keinginan.
Alhamdulillah, kemarin, aku tak perlu berjuang keras untuk menyesuaikan diri dengan keadaan. Semua oke-oke saja. Tak ada kendala. Semua berjalan dengan lancar. Tak ada derita, yang ada adalah bahagia. Bahagia berjalan bersama dengan teman-teman yang hebat. Semoga berkesempatan lagi berjalan bersama, kemanapun angin membawa. Aamiin.
Ibu Imas, Nita, Ikha, Mbak Fathia, Ninik, Gita, Zahra, dan aku
------
Lombok, 16-20 Oktober 2013
Terima kasih kepada semua teman-teman MB
Terima kasih kepada mbak Fathia Nursa yang telah rela sekamar denganku hihihi Luv U mbak *pasang icon lope lope
FYI :
Alamat Hotel Wisma Nusantara 2
Jl. Beo No. 10- 12 Cakranegara - Lombok
Telp : (0370)634698 HP: 081806634698
samaa..ini jg pglmn pertamaku dgn MB dan alhmdlh toilet bersiih haha itu anugerah pisan *lebay hihi
BalasHapusLho, kukira mbak Dewi udah pernah beberapa kali ikut trip MB hihi...ternyata samaan kita ya mbak. Ayuk mbak kita pergi lagi, ketemuan lagi :D
BalasHapusYup, kamar mandinya bersih. Nyamanlah pokoknya :)