Assalamu'alaikum Wr Wb
Lima hari ngetrip ke Lombok sejak 16-20 Oktober bareng teman-teman muslimah backpacker, pelecing kangkung sukses jadi buah bibir kami para peserta trip. Bukan semata karena tampilan dan rasanya yang khas tapi karena cerita-cerita seru yang tercipta dibalik kangkung itu yang membuat si kangkung jadi hot topic.
Sambal pelecing kangkung memang berkesan. Saking berkesannya, Gita (salah satu perserta MB trip Lombok), bahkan membeli kangkung di salah satu pasar di Lombok untuk dibawa pulang. Buat dibikin di rumah katanya. Biar berasa Lomboknya, kangkungnya juga mesti dari Lombok. Ya mumpung masih di Lombok, sekalian saja beli. Nah, aku yang awalnya tak terpikirkan akan hal itu, jadi tertarik untuk ikut membeli. Ga terencana, spontan saja.
Lima hari ngetrip ke Lombok sejak 16-20 Oktober bareng teman-teman muslimah backpacker, pelecing kangkung sukses jadi buah bibir kami para peserta trip. Bukan semata karena tampilan dan rasanya yang khas tapi karena cerita-cerita seru yang tercipta dibalik kangkung itu yang membuat si kangkung jadi hot topic.
Sambal pelecing kangkung memang berkesan. Saking berkesannya, Gita (salah satu perserta MB trip Lombok), bahkan membeli kangkung di salah satu pasar di Lombok untuk dibawa pulang. Buat dibikin di rumah katanya. Biar berasa Lomboknya, kangkungnya juga mesti dari Lombok. Ya mumpung masih di Lombok, sekalian saja beli. Nah, aku yang awalnya tak terpikirkan akan hal itu, jadi tertarik untuk ikut membeli. Ga terencana, spontan saja.
Minggu 20 Oktober 2013, hari terakhir kami di Lombok, aku ikut Gita masuk pasar (aku lupa nama pasarnya) untuk membeli dua ikat kangkung. Ditemani oleh mbak Mieta Firdha (MBers Lombok) yang hari itu meluangkan waktunya untuk menemani teman-teman MB. Ga sampe masuk banget sih, jadi ya gak jauh-jauh amat menelusuri los pasar. Masuk pasar penuh gaya, bersepatu boot ala penyanyi, barangkali dikira mau konser... eeeeh...ternyata mau beli kangkung. Lho, kenapa emangnya dengan kangkung? Masalah buat lo? :D
Aku dan Gita ketika belanja kangkung di salah satu pasar di Lombok
Ditemani oleh mbak Firdha. Yang motret mbak Fathia.
Ditemani oleh mbak Firdha. Yang motret mbak Fathia.
Nenek tua penjual kangkung, menjual kangkungnya dengan harga Rp 2000 per-ikat. Aku beli dua. Gita beli 3. Tak ada tawar menawar. Harganya sudah murah, lagian juga bisa buang waktu kalo harga segitu pake nawar segala. Pinginnya sih borong semua, biar sekalian kayak mau alih profesi jadi penjual kangkung. Trus buka lapak di bandara, promosi koar koar ke pilot dan pramugari. Paling ntar dilabeli crazy. Diliput wartawan. Masuk koran. Judulnya: Lombok efect. Trus abis itu dikirim ke Grogol dah :))
Aku lihat kangkungnya memang beda dengan kangkung yang biasa. Batangnya hijau gendut, lurus dan miskin daun. Tapi batangnya itu justru yang penting. Warnanya hijau segar. Enak sekali sepertinya. Kangkung-kangkung itu lalu dimasukkan ke dalam plastik hijau transparan. Kami bawa ke bandara tentunya, melintasi orang-orang yang memandang heran pada kangkung.
Aku sebenernya ga begitu memperhatikan, tapi kata Gita itu kangkung yang dibawa-bawa sukses bikin orang yang melihat jadi tertawa. Diketawain petugas bandara, diketawain pramugara, dan diketawain supir taksi. Bahkan, diketawain temen kantornya juga.
Cerita tentang kangkung terus mewarnai acara perjalanan kami saat pulang ke Jakarta. Ber-enam dengan mbak Fathia, Nita, Fathi, Gita dan Zahra, kami yang dianggap telat tiba untuk check-in, ternyata mesti kejar-kejaran dengan pesawat yang dinyatakan petugas sudah siap berangkat. Wuooow...padahal ketika kami tiba di pintu pesawat dengan ngos-ngosan dan deg-degan, para penumpang belum semuanya masuk. Masih banyak yang antri. Artinya kami ga telat banget kan.
Di pesawat, eh ga nyangka dapat seat paling depan. Bertiga pula dengan Gita dan Zahra. Bangku kami itu jejer dengan pramugari cantik dan pramugara ganteng yang mungkin saja menatap geli pada kangkungku yang tergeletak sendu di ujung sepatu.
Aku sebenernya ga begitu memperhatikan, tapi kata Gita itu kangkung yang dibawa-bawa sukses bikin orang yang melihat jadi tertawa. Diketawain petugas bandara, diketawain pramugara, dan diketawain supir taksi. Bahkan, diketawain temen kantornya juga.
Cerita tentang kangkung terus mewarnai acara perjalanan kami saat pulang ke Jakarta. Ber-enam dengan mbak Fathia, Nita, Fathi, Gita dan Zahra, kami yang dianggap telat tiba untuk check-in, ternyata mesti kejar-kejaran dengan pesawat yang dinyatakan petugas sudah siap berangkat. Wuooow...padahal ketika kami tiba di pintu pesawat dengan ngos-ngosan dan deg-degan, para penumpang belum semuanya masuk. Masih banyak yang antri. Artinya kami ga telat banget kan.
Di pesawat, eh ga nyangka dapat seat paling depan. Bertiga pula dengan Gita dan Zahra. Bangku kami itu jejer dengan pramugari cantik dan pramugara ganteng yang mungkin saja menatap geli pada kangkungku yang tergeletak sendu di ujung sepatu.
Kangkung yang aku beli di Lombok
Di Lombok, dimana ada Ayam Taliwang or Ikan Bakar Taliwang (Taliwang itu ternyata
nama suatu tempat/daerah di Lombok) tersaji, maka tersaji pula pelecing kangkungnya.
Ga cuma ayam dan ikan taliwang, makan sate (sate Rambiga) pun pake pelecing kangkung :D Agak aneh memang makan sate pake kangkung hehe
Batang kangkung di Lombok memang terasa beda. Kalo digigit terasa lebih getas (renyah/mudah digigit). Kangkungnya tersaji dengan batangnya yang masih panjang-panjang tanpa dipotong. Glek! Bisa nyangkut dong ya di tenggorokan. Ya mesti digigit dikit-dikit pake gigi, atau dipotong pake tangan gitu. Dan yang khas, sambal pelecingnya itu disertai kelapa parut yang dibumbui. Katanya ini ciri khas Bali banget.
Oh ya, selama di Lombok, masakan yang aku makan terasa selalu pedas. Dari makan pagi, makan siang, sampe makan malam semuanya pedas hos hos hosssss :D Mungkin sesuai dengan namanya Lombok yang artinya cabe, jadi apapun terasa pedas. Cocok di lidah tapi ga cocok di perut. Pagi-pagi perut jadi mules, bolak balik ke kamar mandi tapi anehnya malah gak BAB. Wuuuuh... Kejadianku sama kayak mbak Ima. Malahan mbak Ima katanya pake mencret segala. Beda lagi dengan Nita dan mbak Hanifah, rasa pedas itu justru sesuai dengan selera mereka *mbak Hani dan Nita toss*
Batang kangkung di Lombok memang terasa beda. Kalo digigit terasa lebih getas (renyah/mudah digigit). Kangkungnya tersaji dengan batangnya yang masih panjang-panjang tanpa dipotong. Glek! Bisa nyangkut dong ya di tenggorokan. Ya mesti digigit dikit-dikit pake gigi, atau dipotong pake tangan gitu. Dan yang khas, sambal pelecingnya itu disertai kelapa parut yang dibumbui. Katanya ini ciri khas Bali banget.
Oh ya, selama di Lombok, masakan yang aku makan terasa selalu pedas. Dari makan pagi, makan siang, sampe makan malam semuanya pedas hos hos hosssss :D Mungkin sesuai dengan namanya Lombok yang artinya cabe, jadi apapun terasa pedas. Cocok di lidah tapi ga cocok di perut. Pagi-pagi perut jadi mules, bolak balik ke kamar mandi tapi anehnya malah gak BAB. Wuuuuh... Kejadianku sama kayak mbak Ima. Malahan mbak Ima katanya pake mencret segala. Beda lagi dengan Nita dan mbak Hanifah, rasa pedas itu justru sesuai dengan selera mereka *mbak Hani dan Nita toss*
Ayam Taliwang + Pelecing Kangkung
Kangkung Lombok yang kubawa pulang ke rumah, kemarin sudah diolah menjadi Pelecing Kangkung. Resepnya nyontek di buku resep "Sambal Pelengkap Lauk Favorit" terbitan GPU 2007. Aku nyontek buku, soalnya resep yang diajarkan mbak Mietha Firdha sudah ga aku ingat lagi. Lagian waktu dikasihtau aku juga gak nyimak. Terasi untuk sambalnya pake terasi bakar asli Lombok yang aku beli di Phoenix Food. Kata orang rumah, terasinya bagus dan enak. Duh nyesel juga kenapa cuma beli satu kemarin itu. Mestinya aku beli 10. Pingin beli lagi, mungkin bisa nitip lewat mbak Mieta. Ntar tanya ah...
Makan Sate Rambiga juga pake pelecing kangkung :D
Singkat cerita, Pelecing Kangkung buatanku pun jadi. Dengan kangkung
dan terasi yang didatangkan langsung dari Lombok, lumayan rasanya ndak
jauh beda. Kalo sama persis ga mungkinlah ya. Soalnya Pelecing Kangkung
Lombok itu pedeeeeeeesssss... Sedang buatanku, ga pake pedes. Eh iya, aku ga pake kelapa parut segala. Soalnya di resep ga disebutkan.
Sebetulnya waktu di Lombok itu aku ga puas makan pelecing kangkungnya. Lagian aku memang ga menargetkan harus puas kok :D Sudah mencicipi pelecing kangkung tiap kali makan malam saja sudah cukup. Alhamdulillah ^_^
Selain aku, Gita dan Zahra juga bikin pelecing kangkung ala mereka.
Dan ini pelecing kangkung buatanku. Lengkap dengan ayam taliwangnya. Taraaaaaa :))
Bahan:
1 ikat kangkung. Rebus, tiriskan. Merebusnya dahulukan air, setelah mendidih baru masukkan kangkung biar ga menghitam.
25 gram taoge. Rebus, tiriskan.
2 sdm kacang tanah goreng
1 sdt gula merah
1/4 sdt garam
1 buah jeruk limau, ambil airnya
minyak goreng secukupnya
Goreng hingga layu:
2 buah cabe merah
3 buah cabe rawit merah
2 siung bawang putih
2 butir kemiri
1 buah tomat matang
1/2 sdt terasi
Cara membuat:
1. Haluskan bahan yang telah digoreng sambil tambahkan gula dan garam
2. Tambahkan air jeruk limau, aduk rata.
3. Tata kangkung dan taoge di atas piring, taburi dengan kacang goreng.
4. Siram dengan sambal.
Sebetulnya waktu di Lombok itu aku ga puas makan pelecing kangkungnya. Lagian aku memang ga menargetkan harus puas kok :D Sudah mencicipi pelecing kangkung tiap kali makan malam saja sudah cukup. Alhamdulillah ^_^
Selain aku, Gita dan Zahra juga bikin pelecing kangkung ala mereka.
Dan ini pelecing kangkung buatanku. Lengkap dengan ayam taliwangnya. Taraaaaaa :))
Pelecing kangkung versiku
Lengkap dengan Ayam Taliwang (tapi bukan ayam kampung), Taoge dan kacang tanah goreng
Kangkungnya kupotong pendek-pendek biar ga kesedak :D
Pelecing Kangkung Versi Gita
Kangkungnya nampak lebih hijau. Batangnya tetap panjang. Sambalnya nampak begitu merah
Pelecing Kangkung versi Zahra
Kangkungnya belum sehijau punya Gita. Batangnya tetap dibiarkan panjang.
Dan katanya, sambalnya pedassss :D
Ohya, ini resep
pelecing kangkung yang aku contek dari buku resep "Sambal Pelengkap
Lauk Favorit" terbitan GPU 2007. Sekalian aku sertakan di sini, barangkali ada yang ingin bikin juga ^_^
Bahan:
1 ikat kangkung. Rebus, tiriskan. Merebusnya dahulukan air, setelah mendidih baru masukkan kangkung biar ga menghitam.
25 gram taoge. Rebus, tiriskan.
2 sdm kacang tanah goreng
1 sdt gula merah
1/4 sdt garam
1 buah jeruk limau, ambil airnya
minyak goreng secukupnya
Goreng hingga layu:
2 buah cabe merah
3 buah cabe rawit merah
2 siung bawang putih
2 butir kemiri
1 buah tomat matang
1/2 sdt terasi
Cara membuat:
1. Haluskan bahan yang telah digoreng sambil tambahkan gula dan garam
2. Tambahkan air jeruk limau, aduk rata.
3. Tata kangkung dan taoge di atas piring, taburi dengan kacang goreng.
4. Siram dengan sambal.
Sukses bikin berkali-kali nelen ludah, Mbak Rien.... :) ira
BalasHapus