Pada Desember tahun 2012 lalu, saya pernah bilang ke teman-teman kontributor buku Love Journey (LJ) : Ada Cinta Di Tiap Perjalanan bahwa suatu hari saya akan membawa buku LJ berpetualang di dasar laut. Keinginan itu saya rencanakan selama hampir empat bulan. Alhamdulillah tercapai pada Sabtu 6 April 2013 kemarin. Lega dan bangga dapat menyelam bersama buku LJ di dasar laut Kepulauan Seribu.
Seperti yang teman-teman tahu, Buku Love Journey
ini adalah buku pertama yang menyelipkan salah satu karya tulis saya. Perasaan gembira, haru, dan bahagia, tentu menyelimuti hati, hingga saya merasa begitu ingin memberikan penghargaan secara khusus pada
buku ini. Semacam selebrasi. Dan penyelaman bersama buku LJ di dasar laut Pulau
Tidung ini boleh jadi disebut sebagai selebrasi yang tertunda.
Menyelam berdua buku LJ juga sebagai bentuk pembuktian
bahwa apa yang pernah saya tulis di buku Love Journey, yakni tentang pengalaman
perdana menyelam di dasar laut pulau dewata, memang benar-benar berharga (sekaligus berkesan)
sebagai sebuah pembelajaran bagi saya pribadi. Sebuah pengalaman unik yang menjadi awal mula saya
berani melakukan apa yang saya takutkan. Ya, saya takut kedalaman. Takut
kegelapan. Takut hewan-hewan laut seperti hiu dan paus (hihi akibat kebanyakan nonton film :p). Lalu,
semua ketakutan itu saya lawan. Saya bunuh. Dan satu-satunya cara ampuh melawan dan
membunuh segala hal menakutkan itu adalah dengan cara melakukan apa yang saya
takutkan.
Moment di Bali itu sangat berkesan di hati. Saking
berkesannya, rasanya tuh buku pantas mendapat kehormatan dengan cara yang unik.
Saya sempat tak menemukan cara unik apa yang pantas saya persembahkan buat LJ.
Setelah berfikir berkali-kali, muncul ide ini : “Kenapa ga di bawa menyelam
saja? Trus foto deh di bawah laut.” Wah iya juga ya. Makanya, ide pun itu saya
realisasikan dalam perjalanan wisata saya ke Pulau Tidung.
Di Pulau Tidung, sebenarnya saya tidak punya jadwal
diving. Sesuai paket dari travel agent yang saya pakai, saya ini cuma berhak
snorkeling. Diving dan snorkeling itu beda lho. Nah, saya tidak ingin sekedar snorkeling,
tapi juga ingin diving dan membuat foto-foto di dasar laut. Alhamdulillah, travel bisa flexible soal jadwal. Saya akhirnya bisa menikmati snorkling dan fun dive sekaligus.
Kamera underwater yang saya sewa seharga Rp
100.000,- saya gunakan sepuasnya. Di jepretkan sebanyak-banyaknya. Jadi,
sebelum menyelam, saya tunjukkan pada mas Topan (guide tour saya selama di Tidung) pose-pose seperti apa saja yang
saya inginkan di dalam air. Mas Topan yang memang cooperatif, mengerti dengan apa yang saya inginkan. Oke, siap menyelam.
Life jacket, snorkel, serta fins yang diberikan tour guide, tidak saya kenakan. Fins itu bikin ribet, walaupun sebenarnya sangat membantu untuk menyelam maupun naik ke permukaan. Lagipula, jika fins mengenai terumbu karang, bisa bikin rusak. Saya ga mau begitu. Jadi, saya benar-benar hanya ingin membawa diri saja, bebas dari segala perlengkapan. Bebas. Lepas. Tanpa tabung oksigen!
Ya, jadi ceritanya saya ini freediving, sebutan untuk
orang yang menyelam tanpa alat bantu pernafasan. Wow freediving? Untuk gagah-gagahan? Ya enggaklah! Apalagi untuk sok-sok'an. Kalau main-main taruhannya nyawa. Salah sedikit saja fatal akibatnya. Bisa mati kehabisan nafas. Sebagai olahraga terekstrem kedua setelah Skydiving, freediving jelas termasuk olahraga berbahaya. Jadi, ga mungkinlah saya mau sok jago.
Eh bukan main, laut Pulau Tidung ternyata ga dingin ya. Saya ga merasa kedinginan apalagi menggigil. Beda banget dengan menyelam di Bali. Mungkin karena saya sangat siap, tanpa takut, dan punya semangat tinggi demi membawa buku Love Journey ke dasar laut. Hehe bisa jadi.
Eh bukan main, laut Pulau Tidung ternyata ga dingin ya. Saya ga merasa kedinginan apalagi menggigil. Beda banget dengan menyelam di Bali. Mungkin karena saya sangat siap, tanpa takut, dan punya semangat tinggi demi membawa buku Love Journey ke dasar laut. Hehe bisa jadi.
Singkatnya, saya pun menyelam. 1 kali 2 kali masih
belum sukses karena agak diliputi ketegangan. Ketiga kali baru rileks, dan saya sukses mencapai dasar laut. Lumayan
repot bawa-bawa buku, berkali-kali seperti terpental ke permukaan, mengapung
lagi. Berjuang berkali-kali, menggapai karang di dasar, untuk berpegangan. Berhasil.Meskipun jari-jari di kedua tangan saya tergores terumbu karang. Berdarah lho. Pedih bukan main. Namun, biarpun terluka, usai berpose ria dengan buku, saya tetap lanjut fun diving.
Ya, foto-foto dan cerita ini saya persembahkan
untuk semua teman kontributor Love Journey yang telah berbagi kisah-kisah
inspiratif tentang journey mereka. Senang menjadi bagian dari mereka di buku
ini. Kalau kalian ingin tahu tentang isi buku ini, silahkan cari tahu dengan membaca bukunya ya kawan. Banyak pesan dan hikmah yang bisa dipetik dari tiap kisah. Sekilas tentang buku Love Journey, bisa baca pada tulisan saya yang ini --> Love Journey: Ada Cinta di Tiap Perjalanan. Hohoho...promosi sepanjang masa ^__^
Senang rasanya bisa melakukan penyelaman bersama buku Love Journey dengan teknik freediving. Makin kokoh deh ya sebutan titisan bidadari laut itu untuk saya huehehehe...belagu!
Senang rasanya bisa melakukan penyelaman bersama buku Love Journey dengan teknik freediving. Makin kokoh deh ya sebutan titisan bidadari laut itu untuk saya huehehehe...belagu!
Bravo Love Journey!
keren itu mbak yu
BalasHapuslagi belajar freediving, Yo :D
Hapusitu klo aku yang nyemplung, gayanya gak bakalan banyak, paling cuma action mintak tolong
Hapuswakakak...nyemplung gaya batu, ga ngapung lagi. Ayo kapan-kapan diajarin renang deh, belajar di sungai Musi haha
Hapuskarangnya ada yang patah karna ga sengaja keinjek atau salah pegang ga mba? :D
BalasHapusGa ada yang patah, dan ga ada yang keinjek, Pay.
HapusMbak nyari karang biar bisa pegangan, soalnya badan seperti terpental terus ke atas, ngapung, ngambil posisi mantepnya susah. Jadi mesti pegangan. Nah waktu berusaha pegangan itu tangan kan menggapai-gapai. Mbak ini buru2, membuat gerakan2 yg terlalu cepat, akhirnya gores sana sini. Kalau pelan2 sih ga bakal kegores Pay. Jari kelingking kanan kayak abis diparut Pay. Pedih banget.
Setelah tahu tekniknya baru bisa, sayangnya jari2 sudah luka hehe
Oh iya, ga mau injek2 karang. Sebetulnya bisa sih, tapi resiko kaki baret2 juga ya kan. Soalnya mbak ga pake kaki katak (fins). Lagipula kasihan karangnya, takut rusak kalo di injek2. Dan kebetulan tempat mbak nyelem kan dalem, jadi susah buat jadi pijakan. Di permukaan, ngapungnya pake life jacket.
iri ama buku LJ... dia udah menjelajah ke berbagai penjuru tanah air oleh para pembacanya. Diajak ke Prancis oleh mbak Helene. Bulan ini rencana mau diajak ke Gaza oleh Dr. Prita. Eh..., ternyata udah diajak poto² di dasar laut juga ama mbak Rien. Jadi pengen ngajak si LJ poto² di puncak gunung deh... :)
BalasHapusBukunya seperti judulnya mbak, Love Journey, dengan berbekal cinta dari para penulisnya, ia journey kemanapun penulis ingin membawanya. Melanglang hingga jauh. Dari timur ke barat, dari utara ke selatan. Dari kedalaman lautan, hingga ketinggian gunung.
HapusAku yakin suatu saat LJ akan berada di puncak gunung. Di LJ, ada dua wanita pendaki yang kemampuannya tak diragukan lagi. Mbak Dee dan mbak Lina. Semoga tercapai dan sukses mbak Dee :)
Mbak Rien... makasih banget yaaaa... atas selebrasi yang luar biasa ini... :)
BalasHapusLuph u pull, mbak.... :)
Kembali kasih, Mbak Dee. Alhamdulillah. Luv U too, Mbak.
Hapusyeyyyyyyyyy... kereeeeeeen
BalasHapuskerenlah dikit, ga banyak :))
Hapusaku kapan diajak selebrasi
BalasHapus#eh
Hayuk sekarang haha bawa-bawa perut yang udah hamil gede gitu, melahirkan didalam laut ntar :D
Hapusntar kita selebrasi bareng mbak, kalo lolos di buku LJ2. Aamiin
Wah masuk rekor muri ntar melahirkan di dalam laut :D
BalasHapusSmh lolosssss buku LJ2 aamiin.
Btw surat ijin jadi titisan bidadari lautnya dpt drmn :p
Kangen Free diving gitu, tapi masih trauma Kecantol.....
BalasHapusAku doakan semoga ga trauma lagi. Teknik pemakaian kerudungnya lain waktu bisa lebih diperhatikan saja mbak :)
Hapus