Tugu Tabuik di Pantai Cermin Padang Pariaman, Sept 2012
Tak begitu banyak keterangan yang saya dapatkan dari supir tersebut kecuali bahwa Tabuik itu adalah semacam upacara tolak bala. Pantai Cermin terpilih sebagai tempat pelaksanaan upacara karena memiliki lebar pantai yang cukup untuk menampung banyak orang saat upacara Tabuik berlangsung.
Saya tertarik untuk mencari tahu tentang tradisi Tabuik. Penjelasan yang saya rasa cukup untuk menjawab keingintahuan saya, akhirnya saya dapatkan dari internet, salah satunya Wikipedia. Memang tak panjang lebar, tapi setidaknya bisa tahu sejarah asal mula perayaan Tabuik.
Saya salinkan ulang dari Wikipedia, sbb:
Tabuik (Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka
memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang
dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat,
khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali
Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik
merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi
upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan
tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan
upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal pula
dengan nama Tabot.
Tabuik diturunkan ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia
Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831.[1] Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.[1].
Tabuik diturunkan ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia
Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831.[1] Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat.[1].
Festival Tabuik di Padang Pariaman
Sumber Foto : DI SINI
Dalam sebuah artikel, saya dapatkan penjelasan lebih panjang tentang Tabuik. Saya salin dari Blog Niadilova, sbb:
PESTA TABUIK boleh dibilang identik dengan masyarakat Pariaman. Hoyak tabuik
adalah pesta memperingati kematian Husein, cucu Nabi Muhammad S.A.W
yang tewas dalam peperangan melawan tentara Yazid dan Bani Umayyah di
Karbala, Irak pada tahun 61 Hijriyah. Upacara ini diselenggarkan setiap tanggal 1-10 Muharram. Di hari pesta hoyak tabuik, Pariaman selalu ramai oleh orang yang datang berhondoh-pondoh dari berbagai tempat.
Menurut Cameron Malik dalam http://ank-kau.blogspot.com
(dikunjungi, 3-10-2010), adalah Resimen Tamil, yaitu tentara pribumi
Inggris di Bengkulu, yang pertama kali memperkenalkan ritual tabuik pada abad ke-17. Anggota Resimen Tamil yang mayoritas beragama Islam itu menggelar pesta tabuik
yang di Bengkulu bernama tabot. Perjanjian London 17 Maret 1824
mengharuskan Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda dan menerima
pulau Tumasik (Singapura) yang semula dijajah Belanda. Anggota pasukan
Tamil Inggris enggan pindah ke pulau Singapura yang berawa-rawa penuh
nyamuk dan buaya itu. Mereka
melakukan desersi dan lari ke daerah Pariaman. Karena pasukan Tamil
beragama Islam, mereka dengan mudah diterima oleh masyarakat Pariaman
yang pada saat itu juga tengah dimasuki ajaran Islam. Kemudian
terjadilah pembauran budaya dengan masyarakat Pariaman seperti antara
lain terefleksi dari pesta tabuik, yang hingga kini menjadi tradisi yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Pariaman.
Upacara tabuik
terdiri dari serangkaian upacara yaitu: 1) upacara mengambil tanah; 2)
upacara mengambil dan menebas batang pisang; 3) upacara mengarak
jari-jari; 4) upacara mengarak sorban; 5) upacara tabuik naik pangkat; dan diakhiri dengan 6) upacara mengarak tabuik. Beberapa dari rangkaian upacara itu diiringi dengan gandang tambua, seperti pada upacara mengambil tanah, mengambil dan menebas batang pisang, mengarak sorban, mengarak jari-jari, dan prosesi menghoyak tabuik. (Cameron, ibid.).
Foto-foto upacara Tabuik yang di upload di Blog Niadilova, memperlihatkan upacara tabuik pada dekade-dekade awal abad ke-20 di Pariaman, dalam foto itu jumlah tabuik yang diarak mencapai tujuh buah. Tabuik diarak orang sebelum dibuang ke laut menjelang malam. Ribuan orang, besar-kecil, tua-muda, tumpah-ruah ke jalan seperti samuik tapangkua (semut tercangkul). Namun, sepertinya peserta perarakan tabuik
didominasi oleh kaum lelaki. Barangkali kaum perempuan juga ikut, tapi
hanya sekedar menyaksikan saja sambil menepi-nepi dari keramaian yang
hiruk-pikuk itu. Sampai pertengahan abad ini boleh dikatakan ritual tabuik
adalah pesta kaum lelaki. Ini masuk akal karena dimensi historis dan
makna simbolisnya yang berhubungan dengan peperangan di zaman Bani
Umayyah yang memang lebih banyak melibatkan kaum lelaki.
Sekarang ritual tabuik
masih tetap diadakan setiap tahun di Pariaman, tapi tidak lagi semeriah
dulu. Kadang-kadang masyarakat kekurangan dana untuk membuat tabuik. Ada pula terdengar kritik dari golongan Islam puritan: bahwa ritual tabuik
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan Islam. Sejak dulu
orang-orang yang menganut agama secara puritan dan memakai paham
kacamata kuda selalu ingkin pentang kamari bedo dan mengalami masalah dengan kebudayaan nenek moyangnya sendiri dan modernisme yang dibawa oleh kemajuan sains dan teknologi.
* * * *
Semoga catatan ini menjadi pengetahuan baru buat saya pribadi, dan informasi budaya bagi pembaca.
tadinya kukira perang tabuk... oh, tabuik ternyata :D
BalasHapusseperti biasa, tulisan mb rien ngasih pengetahuan lagi buatku... nuhuuuunnn~
#mbak, tulisannya ukuran berapa ini? kecil sekaliiii~
Banyak kata yang hampir menyerupai Tabuik ya :D Tabuk itu apa, Ve?
HapusKalo di Palembang ada yang namanya Tabok, artinya di kemplang (pukul) hahaha
Hurufnya Times, sizenya normal. Kenapa jadi kecil ya? Ini diganti pake Trebuchet, size normal, aga besaran dikit :D
Kalo diganti Large, gede banget :))
Terima kasih sudah mampir, Ve ^_^
Perang Tabuk, perang terakhir Rasulallah saw vs. Romawi *ref. Gugel :D
Hapuscoba verdana ukuran normal/large aja mbak *font paporit, hihi
Nah, sekarang mbak yang baru dengar tentang itu. Ketahuan ya bacaannya kurang :))
HapusOke, nanti di coba. Terima kasih masukkannya, Ve :)