Cibolang Hot Spring merajai
jadwal yang dibuat untuk Jumat tgl 23 Nopember 2012. Tiada agenda lain selain
menyambangi objek wisata yang terletak di rimba hutan Gunung Wayang Windu itu. Bagiku, ke Cibolang seakan menjadi puncak perjalanan selama berada di Pengalengan sejak 5 hari sebelumnya.
Pagi hari yang riuh di Hotel
Puri, tempat kami menginap, semua bersemangat. Bergegas mandi walau hawa dingin
sekitar 20deg terasa menyergap dari segala arah. Juga bergegas menyantap sarapan
yang diantarkan ke kamar sejak pukul 6 pagi, berharap tak lekas dingin sehingga
mengurangi selera makan di pagi yang begitu cepat menyerap panas dan segala
kehangatan.
Lalu, jreeeeeng!!! Bumi nampak
begitu terang dan hangat ketika matahari muncul dengan pancaran sinarnya yang
tak berpenghalang. Semua bersyukur, terang benderang membuat semua senang.
Semoga tiada hujan apalagi badai. Maklum, seperti hari-hari kemarin, mendung
dan hujan begitu rutin mengisi hari. Tak bisa kemana-mana jika cuaca sudah seperti
itu. Tinggal di Pengalengan jadi terasa membosankan. Tapi semoga hari ini,
cuaca bersahabat dengan kami, juga kepada seluruh penghuni bumi termasuk
kawasan Soreang Bandung yang masih
dilanda longsor dan banjir. Semoga bencana alam lekas berakhir. Amin.
Perkebunan Teh
Malabar
Menurut
informasi yang kudapat dari pihak Hotel Puri, jarak yang akan ditempuh dari
Pengalengan (tempat hotel kami berada) menuju Pemandian Air Panas Cibolang
sekitar 15km. Cukup dekat. Kami memulai perjalanan sekitar pukul 9. Diperkirakan akan
memakan waktu sekitar 40menit dengan laju normal. Itu lama! Oh, tentu. Ini perjalanan menanjak, juga sesekali menurun ketika melewati
desa-desa di lembah Wayang. Hotel Citere 1 (resort) yang kami inapi selama 3
hari sebelumnya berjarak sekitar 2km dari Hotel Puri. Kami melewati hotel
tersebut, hotel yang ownernya juga adalah owner hotel Puri yang kami inapi.
Perkebunan Teh Malabar dengan Gunung Wayang di latar belakang.
Setelah 10km
pertama, sekitar pukul 9.27 kami mulai
memasuki kawasan Perkebunan Teh Malabar. Sebuah lapangan bola di sisi kiri
jalan dengan bangku-bangku penonton yang berkapasitas kecil, menarik perhatianku.
Sekumpulan anak laki-laki berkostum olahraga nampak mempermainkan bola. Dua
pria dewasa berdiri di pinggir lapangan. Sepertinya mereka adalah murid dan
guru dari sekolah yang bangunannya terletak di belakang lapangan tersebut.
Sekolah milik PTP Nusantara XIII Pengalengan.
Di stadion mini
itu terdapat sebuah signboard berukuran besar berwarna hijau, tertera tulisan
“Perkebunan Teh Malabar”. Ahay… kami sudah berada di perkebunan teh Malabar
rupanya. Tempat dimana pemandangan indah dan hijau membentang luas
sepanjang mata memandang. Sekitar satu kilometer kemudian, di sisi kiri jalan, terdapat Tea Corner
Malabar, berupa dua bangunan yang terlihat sepi dan jadul. Satu bangunan dalam
keadaan rusak, atapnya ambrol dan tak nampak diperbaiki. Sebuah mobil
terparkir, mungkin pengunjung yang singgah. Tea corner yang tak lagi menarik untuk disinggahi.
Malabar Tea Corner
Bebukitan tak semua bagai permadani hijau, tapi juga ada beberapa lahan yang masih gundul dan baru ditanami dengan pohon teh. Nampak petani laki-laki dan perempuan sedang bekerja. Sebuah papan yang tertancap di pinggir di lokas bertuliskan “Persemaian Teh.”
Geothermal
di Wayang Windu
Gunung Wayang
dan Gunung Windu yang menjadi latar belakang perkebunan teh Malabar, nampak gagah
dengan pesona hutan alamnya yang rupawan. Sebuah pemandangan menarik menjadi
perhatianku sepanjang perjalanan, yakni asap putih yang keluar dari perut bumi,
membubung tinggi memenuhi langit di atas kedua gunung itu. Itulah Geothermal,
energi panas bumi yang dikelola oleh perusahaan Star Energy, yang akan dimanfaatkan
untuk listrik Jawa Bali.
Pipa-pipa
keperakan yang kemudian kujumpai sepanjang perjalanan menuju Cibolang,
terpasang dari lereng ke lereng, diantara kebun kol yang tertata rapi di
tanah-tanah yang subur. Pipa-pipa raksasa itu mengalirkan panas bumi, bak ular
raksasa yang menjalar di gunung perkasa. Pemandangan itu nampak jelas ketika
jalan yang kami lalui berada di ketinggian bukit. Tak hanya itu, ketinggian
bukit juga menampakkan pemandangan pemukiman karyawan perkebunan berupa
atap-atap rumah dengan genteng yang berwarna hampir seragam. Kontras. Paduan
hijau dari hutan alam, perkebunan teh, kabut putih, serta warna-warna segar
dari atap rumah penduduk membuat pagi begitu segar dan cerah.
Sungguh indah pemandangan yang kutemui sepanjang perjalanan menuju pemandian air panas Cibolang ini. Perkebunan teh yang menghijau sejauh mata memandang dan hamparan pegunungan menjadi suguhan pemandangan alam yang maha indah adalah dua khasanah keindahan alam yang mampu membius mata siapapun, termasuk saya.
Sungguh indah pemandangan yang kutemui sepanjang perjalanan menuju pemandian air panas Cibolang ini. Perkebunan teh yang menghijau sejauh mata memandang dan hamparan pegunungan menjadi suguhan pemandangan alam yang maha indah adalah dua khasanah keindahan alam yang mampu membius mata siapapun, termasuk saya.
Pesona Gunung Malabar dan perkebunan teh, dengan udara yang sejuk alami, tak hanya cocok untuk dinikmati oleh pandang mata tetapi juga sangatlah cocok untuk kegiatan olah raga jalan
kaki / tea walk sambil ber-rekreasi. Di tengah-tengah perkebunan bisa dijumpai bermacam-macam bangunan kuno yang masih terawat dengan baik, seperti guest house,
perumahan administratur perkebunan pada masa penjajahan hingga makam
K.A.R. BOSSCHA.
Cibolang Hot
Spring
Sejak memasuki
5km terakhir menuju Cibolang, mata ini terus memperhatikan jalan. Mencari
petunjuk lokasi. Maklum, kalau terlewat lumayan jauh baliknya. Mana jalannya
tak terlalu lebar pula. Susah putar balik ya kan? Dan benar saja, 1km sebelum lokasi,
signboard itu berdiri menjulang di sisi kiri jalan. Tepat disebuah pertigaan yang terdapat sebuah pangkalan
singgah berlantai semen beratap seng. Nampak jelas tulisan : Cibolang Hot
Spring dengan gambar pendukung berupa kolam pemandian. Menurut keterangan,
Cibolang Hot Spring berjarak 900m dari letak signboard tersebut.
Kami lalu belok
kiri dan mendapati jalan sempit yang hanya cukup untuk dilewati satu kendaraan
saja. Jalannya tak beraspal. Hanya berupa jalanan tanah yang agak berbatu.
Jalan kecil ini melewati perumahan karyawan perkebunan, kebun kol, juga semacam
empang yang entah ada ikan peliharaan apa di dalamnya.
200m sebelum
Cibolang Hot Spring, disebelah kanan jalan, terdapat 1 kolam renang bernama
Tirta Camelia. Mulanya kami kira itu pemandian air panasnya tapi karena tak
menemukan kata “Cibolang” kami urung masuk. Padahal sudah mengarah ke
gerbangnya lho hehe. Akhirnya kami lanjut lagi.
Tiket masuk
dan fasilitas
Tepat pukul
10.00 kami tiba di objek wisata Cibolang Hot Spring. Lokasinya berada di sisi
kiri jalan. Gerbangnya terlihat besar dan tinggi. Kami masuk dan membayar tiket
seharga Rp 10.000 perorang. Harga itu sudah termasuk asuransi kecelakaan Rp
500/orang. Sudah termasuk biaya parkir. Tapi tidak termasuk tarif pemakaian
kamar mandi/kamar ganti.
Tempat parkirnya
luas dan terlihat bersih. Ada
banyak warung makan di sekeliling tempat parkir, baik itu warung
makanan/minuman ringan, maupun warung makan yang menjual makanan berat. Ada mushola, MCK, Pos
Jaga, Papan Petunjuk, Shelter (gardu pandang), kamar ganti, kolam pancing,
terapi ikan, tempat duduk, dan tempat sampah.
Untuk pemandian,
terdapat dua kolam besar yang keduanya menggunakan air panas. Hari ini salah
satu kolam yang biasanya digunakan untuk dewasa sedang dikuras dan dibersihkan.
Menurut keterangan kolam air panas ini dikuras dan diganti airnya seminggu
sekali setiap hari Jumat. Hal ini dilakukan karena pengunjung akan menjadi
ramai pada Sabtu dan Minggu dan pada dua hari itu pengunjung bisa mandi dengan
air kolam yang bersih.
Selain kolam kamar
mandi air panas, juga terdapat pancuran pemandian air panas dan kolam/kamar
rendam air panas. Kolam rendam itu berupa kamar-kamar yang bisa digunakan untuk
berendam sendiri/pribadi. Tarifnya Rp 6000. Disekitar kolam tersedia juga kios
penjualan dan penyewaan perlengkapan renang seperti pelampung, kacamata renang,
dan baju renang. Peralatan memancing juga ada disewakan.
Kondisi kolam
renang terlihat baik dan juga berfungsi dengan baik. Hanya saja menurut saya kamar
ganti/kamar mandinya nampak kurang memadai. Selain karena ukurannya sangat kecil, juga karena kamar mandi/kamar ganti itu merangkap toilet (WC). Maka, makin kecil saja ruang mandi itu. Saya pribadi jadi kurang nyaman. Warna keramik lantai dan klosetnya sudah berubah warna. Maaf, walau tiada kotoran atau sampah yang terlihat, saya rada tak nyaman melihatnya.
VILLA
Sewaktu memasuki
gerbang Cibolang, saya ada melihat dua villa mungil berdiri di sisi kanan
setelah pintu masuk. Nah, kedua villa itu katanya disewakan. Harganya saya tak
tahu. Sedang kamar harganya Rp 350.000/malam. Letaknya lebih dekat ke arah
kolam. Berupa sebuah bangunan mirip rumah panggung, dengan tiga kamar yang
masing-masing kamar pintunya langsung keluar. Petugas penjaga kamar ganti yang
saya tanyai tak bisa memberikan info lebih banyak tapi setidaknya saya tahu
bahwa villa-villa itu memang diperuntukan bagi pengunjung yang memang bermaksud
menginap di kawasan sejuk ini.
Tentang
Cibolang Hot Spring
Dari beberapa
sumber yang kubaca (gugling), disebutkan bahwa objek wisata ini terletak pada
ketinggian 1450 m dpl, konfigurasi lapangan umumnya datar dan berbukit. Sedangkan
untuk curah hujan adalah 4000 mm/th dengan suhu udara 23 – 25 derajat Celcius.
Memiliki Luas 2 Ha. Berada di Desa Wayang
Windu, Kec.Pangalengan, Kab.Bandung.
Obyek wisata
Cibolang pertama kali berdiri pada tahun 1985. Kala itu pemandian masih berupa
bak-bak yang tertutup. Lalu, seiring dengan banyaknya kemajuan yang telah dicapai untuk mencakupi
fasilitas yang dibutuhkan oleh turis domestik maupun asing, maka pada tahun
1987 mulai dibuat kolam renang dewasa dan kolam renang anak lengkap dengan
kamar ganti. Keberadaan kolam renang itu membuat arus pengunjung kian
meningkat, maka pada tahun 1990 sebuah kolam tambahan kembali dibuat.
Di bagian belakang kolam dewasa, saya ada menjumpai sebuah kolam kecil dengan asap yang terus menerus mengepul. Kata seorang bapak yang saat itu sedang bertugas, kolam kecil itu merupakan kolam penampungan sumber air panas sebelum dialirkan ke kolam pemandian. Berhubung suhu airnya tinggi, jadinya ditampung dulu. Kan ga mungkin langsung dipergunakan untuk mandi. Bisa melepuh ntar :D
Kabarnya, sumber
air Cibolang yang berupa mata air panas ini dapat menyembuhkan penyakit rematik
karena memiliki kandungan kadar yodium yang cukup tinggi.
Yang unik
dan menarik di sekitar Cibolang
Tak jauh dari
kolam mandi dewasa, di atas rumput-rumput hijau yang segar, terlihat
tenda-tenda dan sebuah panggung kecil dengan hiasan kain berwarna kuning
menyolok. Katanya itu punya pengunjung yang datang dengan rombongan. Mereka
menginap di tenda sambil mengadakan berbagai kegiatan alam lainnya.
Kawasan Cibolang
ini ternyata sudah biasa dijadikan tempat camping. Biasanya selain camping,
wisatawan melakukan kegiatan lintas alam sembari berpiknik. Trekking ke Kawah
Burung bisa menjadi kegiatan menarik lainnya. Oh iya, wana wisata di kawasan
ini terdiri dari hutan tanaman (kaliandra dan pinus).
Nah, selain alam dengan
pemandangan permadani teh yang hijau sekaligus udara yang bersih dan sejuk,
wisatawan juga dapat menikmati Kawah Gunung Windu dengan jarak ± 600 m dari
lokasi.
Oh iya, konon, Gunung Wayang
Windu ini menjadi tempat bertapa para dalang terkenal lho. Seorang sumber
menyebutkan, dalang Asep Sunarya biasanya bertapa di sini juga. Entah benar
atau tidak tapi beberapa orang lainnya mengiyakan hal tersebut. Selain itu,
konon pula di tempat ini dipenuhi dengan cerita mistis dan mitos yang saya
sendiri sebenarnya tak ingin mengetahuinya kecuali cukup tahu yang realistis
saja.
Buat siapa saja, jika datang ke
Pengalengan, tak lengkap rasanya jika tak mengunjungi objek wisata pemandian
air panas Cibolang ini.
Saung di atas kolam pancing untuk duduk-duduk
Tempat duduk-duduk
Kolam mandi dewasa yang sedang dikuras
Saung dan taman depan Villa
Kebun Kol dan Pipa-pipa yang mengalirkan energi panas bumi (Geothermal)