Travel Writing itu MENGGALI PENGALAMAN, MEMAKNAINYA, danBERCERITA DENGAN JUJUR.
Road trip menguak sisi brutal dari travelling. Memaksa setiap orang untuk melepaskan EGO, mempercayai ORANG ASING, dan kehilangan semua KENYAMANAN yang terasa familiar.
Lima hal penting dalam menulis:
1. Tentukan ide besar/premisnya. Destinasi bukanlah cerita. Yang seru untuk diceritakan adalah perjalanannya
2.Find your voice Gaya menulis, hal apa yang paling penting untuk diceritakan, dan jujur dalam menulis.
3. Bangun struktur cerita. Well constructed STORY :
Setting
Karakter
Moment menarik
Konflik
Resolusi
plot
4. Buat dialog yang menarik. Dialog = mendiskripsikan sebuah nuansa. Dialog yang baik akan menarik pembaca ke dalam cerita. Dalam tulisan NONFIKSI KREATIF, dialog bertujuan untuk menciptakan ulang pengalaman atau kejadian nyata kepada pembaca.
5. Kumpulkan data-data. How?
Observe
Talk to people
Take picture
Circle the map
Write it down
Read a lot of books
Tips Menulis Kisah Perjalanan bersama Anida Dyah
Tips menulis kisah perjalanan:
Cari tahu apa yang MENDORONG kita untuk melakukan perjalanan.
Gunakan BACKGROUND kita sebagai kekuatan tulisan
JUJUR dalam menulis.
Kesimpulan:
Gali pengalaman perjalanan pribadi yang BERKESAN dan MENARIK untuk dikembangkan
JUJUR dalam bercerita
REFLEKSIKAN MAKNA dan nilai-nilai berharga yang mengubah kita di akhir perjalanan.
Traveling is....to express, not to impress
Anida Dyah dan 3 pemenang kuiz yang mendapatkan buku Under The Southern Stars
Kelas Menulis Kisah Perjalanan bersama Anida Dyah (penulis Under The Southern Stars). Sabtu tgl. 18 April 2015 di Ranah Kopi Jl. Margonda No.99 Depok. Kolaborasi GagasMedia dan AkberDepok.
Sejumlah kemajuan dalam segi karya yang sebelumnya tidak pernah saya prediksi, tidak pernah saya jadikan resolusi, dan tidak pernah saya rencanakan, menjadi hal paling menonjol dari aktifitas blogging, traveling, dan travel writing yang saya lakukan dalam 9 bulan terakhir.
28 artikel traveling telah dimuat di majalah dan koran sejak bulan Maret hingga Desember 2014. Melahirkan sebuah naskah (bertema traveling) yang tak lama lagi akan dibukukan dalam antologi ke 3 sekuel Love Journey. Menjadi pemenang ke 2 lomba menulis blog tentang masjid (juga tema traveling). Inilah sederet pencapaian kecil saya di tahun 2014. Alhamdulillah.
Bagi mereka yang terbiasa menang kontes blog bergengsi, menulis hingga mencapai ratusan artikel dalam setahun, dikontrak oleh berbagai perusahaan ternama dan toko online terpercaya, serta menerbitkan belasan buku dalam setahun, pencapaian saya tentu masih sangat tidak ada apa-apanya. Namun bagi saya yang menjadikan kegiatan jalan-jalan, menulis, dan nge-blog hanya sebagai kesenangan, pencapaian-pencapaian ini terasa luar biasa.
Atas sejumput karya yang saya buat, sudah semestinya saya bersyukur namun tentu tidak untuk menjadikan saya berpuas diri sebab semua ini baru permulaan. Ke depan, tulisan saya harus lebih banyak lagi, lebih bermutu, dan lebih bermanfaat. Harus lebih banyak lagi media yang dirambah, bahkan majalah maskapai Garuda, Lion, Batik Air, dan Citilink harus saya tembus! Dan satu hal lagi, saya ingin makin fokus dalam menceritakan Indonesia sebagai negeri dengan wisata alam terbaik di dunia!
Apa yang saya dapat sejak menjadi travel writer di media massa?
Materi. Ya, bisa jadi itu hal pertama yang langsung terlintas dalam pikiran kebanyakan orang. Memang tak bisa dipungkiri 'pekerjaan' ini membuat saya mendulang keuntungan berupa uang. Siapa yang tak berbinar ketika nominal rupiah masuk rekening saban minggu dari media dan toko online yang membayar artikel saya? Betapa sederet kalimat dalam artikel traveling yang saya tulis dapat menghasilkan uang dengan begitu mudahnya. Lantas, apa benar materi menjadi motivasi utama menulis?
Mari tanyakan pada hati.
Buat saya menulis itu (apapun genre-nya) pekerjaan hati yang tidak selalu didasari oleh motivasi mengejar kepuasan materi. Dalam menekuni hobi menulis, saya lebih didorong untuk mendapatkan kepuasan batin dibanding kepuasan material. Misalnya, karena pekerjaan menulis lebih sesuai passion ataupun lebih bermanfaat bagi banyak orang. Menjadikan menulis hanya berdasarkan desakan finansial semata, saya yakin akan membuat saya amat terfokus pada materi. Manfaat dari menulis pun akan terbengkalai.
Selain kepuasan batin, manfaat positif lainnya pun menghampiri, menjelma serupa bonus. Ada materi, personal branding, tawaran kerja sama untuk iklan, hadiah barang dari sponsor, peluang belajar ilmu travel writing dan travel fotografi, serta mendapat banyak teman baru.
Berikut adalah daftar artikel yang dimuat di majalah dan koran sepanjang tahun 2014:
Bromo, Keajaiban Alam Penuh Keindahan; Rubrik Travelogue; Majalah Scarf Vol. 7, 2014.
Jembatan Cinta Pulau Tidung; Rubrik Jalan-Jalan; Koran Suara Merdeka Minggu 23 Maret 2014
Gua Sembat Di Pulau Maratua; Rubrik Pariwisata; Koran Pikiran Rakyat Sabtu 17 Mei 2014
Menikmati Sensasi Pasar Terapung; Rubrik Wisata, Majalah Sang Buah Hati Edisi Mei 2014
Tiu Kelep, Tirai Air Di Kaki Rinjani; Rubrik Pariwisata, Koran Pikiran Rakyat Sabtu 31 Mei 2014
Pasar Terapung Ala Bandung; Rubrik Travelogue, Majalah Scarf Vol.8, 2014.
Pesona Lembah Harau; Rubrik Jalan-Jalan, Koran Suara Merdeka, Minggu 01 Juni 2014
Berenang Bersama Ubur-Ubur Langka Di Danau Kakaban; Rubrik Wisata, Majalah Flona Edisi Juni 2014
Tebing Granit Di Lembah Harau; Rubrik Journey Of Heart, Majalah Noor Edisi Juni 2014
Rekreasi Malam Di BNS; Rubrik Traveling, Majalah Anakku Edisi Juni 2014
Berjumpa Bekantan Di Tarakan; Rubrik Wisata, Majalah Flona Edisi Juli 2014.
Menjejak Bohe Silian, Desa Wisata Maratua; Rubrik Fun Time, Majalah Cita Cinta Edisi No.13 Thn 2014.
Masjid Indah Di Tepian Sungai; Rubrik Jalan-Jalan, Koran Suara Merdeka Minggu 06 Juli 2014.
Lompat Pulau Di Kepulauan Derawan; Rubrik Jalan-Jalan, Majalah Pesona edisi Agustus 2014
Bermain Dan Berwisata Kuliner Di Pasar Terapung Lembang; Rubrik Traveling, Majalah Anakku edisi Agustus 2014.
The Istanbul Van Borneo; Rubrik Pariwisata Koran Pikiran Rakyat, Sabtu 19 Juli 2014.
Kehidupan Bersahaja Baduy Dalam; Rubrik Jalan-Jalan Koran Suara Merdeka, Minggu 14 September 2014.
Berenang Bersama Penyu Raksasa Di Pulau Maratua; Rubrik Wisata Majalah Flona edisi September 2014.
Maratua, Pulau Romantis Di Kepulauan Derawan; Rubrik Travel Majalah Paras Edisi No.132 Thn 2014.
Taman Alami Di Baduy Dalam; Rubrik Wisata Majalah Flona, Edisi No.142 - Oktober 2014
Pesona Masjid ICS; Rubrik Journey of Heart Majalah Noor, Edisi September 2014.
Semalam Di Perkampungan Baduy Dalam; Rubrik Pariwisata Koran Kedaulatan Rakyat, Sabtu 04 Oktober 2014.
Pesona Pantai Tanjung Lesung, Koran Suara Merdeka, Minggu 23 Nopember 2014.
Plesiran Di Kota Lama Batavia, Koran Kedaulatan Rakyat, Sabtu 6 Desember 2014.
Songket Rasa Cinta Dari Desa Pande Sikek, Koran Pikiran Rakyat, Sabtu 13 Desember 2014.
Derawan, Surga Tropis Yang Sempurna; Majalah Annisa Edisi Desember 2014.
Mendengarkan Keheningan Rinjani; Majalah Femina Edisi No.51 Desember 2014.
Pesona Masjid Agung Jawa Tengah; Majalah Noor Edisi No.12 Desember 2014.
Ada kebanggaan tersendiri tiap kali artikel yang saya tulis dimuat di media massa. Bukan semata karena 'sukses nampang', tapi lebih pada perasaan lega karena bisa lulus dari sederet ketentuan menulis yang dibuat oleh media massa bersangkutan. Saya menjadikannya semacam tolak ukur kemampuan saya dalam memenuhi apa yang media inginkan.
Menulis artikel untuk media massa memang sangat berbeda dengan gaya penulisan di blog pribadi. Menulis untuk media massa harus memperhatikan betul ketentuan menulis sesuai dengan peruntukan artikelnya. Jika tidak, jangankan dimuat, dibaca saja tidak.
Sepintas, menulis artikel perjalanan itu mudah, padahal dibutuhkan kecakapan khusus, wawasan, passion, dan pengetahuan yang holistik tentang dinamika aktivitas melancong dalam ranah wisata Indonesia. Ada jurus dan teknik tertentu yang harus dipelajari agar bisa menghasilkan artikel yang unik dan menarik. Tujuannya agar artikel yang dibuat berbeda dengan artikel promosi wisata pada umumnya.
Begitu juga dengan menembus media, ternyata tidak semudah yang pernah saya kira. Perlu usaha, perjuangan, dan kesabaran yang tidak sedikit. Proses menunggu kabar dari redaksi saja terkadang bisa menghilangkan kesabaran. Bahkan sebuah penolakan mampu meruntuhkan semangat untuk menulis. Yang lebih ekstrem lagi saat ada editor yang langsung mengatakan, "artikel dan foto kamu tidak bagus sama sekali". Jreng... sakitnya tuh di sini *nunjuk hati* :D
Untuk sukses menulis artikel perjalanan dan menembus media, memang harus ada ilmunya. Sampai saat ini saya sendiri masih dalam proses belajar. Saya belajar dari orang-orang di sekeliling saya, khususnya pada mereka yang telah berpengalaman menulis di media massa seperti Mbak Irawati Prilia. Saya menempatkan diri saya benar-benar sebagai pemula karena saya ingin kemampuan menulis saya terus berkembang. Selain belajar langsung pada mbak Ira, saya juga belajar di kelas travel writing dan travel fotografi yang diisi oleh penulis-penulis yang sudah terkenal, seperti Mas Teguh Sudarisman, Gol A Gong, dan Fira Abdurrahman. Berikut langkah-langkah untuk menjadi travel writer, baik di media massa maupun di blog. Saya kutip dari rubrik Siesta Leisure Republika:
Seorang travel writer tentu harus gemar jalan-jalan dan senang berbagi pengalaman, baik secara tulisan maupun lisan. Rajinlah membaca rubrik perjalanan di media massa agar paham gaya penulisan di tiap koran, tabloid, ataupun majalah.
Tekunlah dan bulatkan niat untuk menulis blog. Perbarui blog dengan rutin, minimal seminggu sekali harus ada tulisan baru. Semakin sering update maka blog semakin sering dikunjungi pembaca.
Tulisan harus deskriptif sehingga bisa membawa pembacanya ikut mengalami atau melihat apa yang dilihat penulis. Di samping itu, artikel yang dibuat mesti informatif, inspiratif, menarik, dan tidak monoton.
Cerita perjalanan yang dialami sendiri tentu lebih mudah untuk dituliskan ketimbang membuat cerita saduran. Saat jalan-jalan, rekam perjalanan melalui foto atau video untuk memudahkan memanggil memori tentang tempat yang disambangi. Rekam momen yang menarik, seperti ketika mencicipi kuliner khas, berbicara dengan warga lokal, atau saat mengikuti acara budaya setempat. Jangan ragu untuk menulis kenangan indah, lucu, atau pengalaman menarik, contohnya ketika tersesat. Segera menulis begitu selesai bepergian agat tiap detail masih segar dalam ingatan.
Gaya bahasa boleh saja ringan, tetapi juga tidak boleh terlalu santai. Banyak membaca blog dan buku bisa menjadi bahan referensi gaya penulisan. Gaya bertutur, seperti sedang bercerita kepada teman pun bisa dipakai, namun tetaplah menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik.
Gunakan media sosial untuk mempromosikan blog.
Foto harus sesuai dengan tulisan dan menguatkan isi tulisan. Tanpa dukungan foto, artikel sekeren apa pun akan terasa hambar.
Begitu sudah banyak pembaca, jangan lupakan terus menambah teman sesama blogger. Jalin pertemanan dengan baik.
Jagar agar pembaca tertarik melanjutkan bacaannya dengan berbagi tips penting seputar perjalanan maupun lokasi wisata.
Travel writer harus bercerita dengan jujur dan apa adanya. Cerita perjalanan dapat menginspirasi pembaca yang memiliki kondisi serupa, misalnya, bepergian dengan dana yang terbatas. Dalam menyelipkan pengalaman dan solusi untuk mengatasi dana terbatas itu, cerita kita akan berbeda dari kebanyakan tulisan.
Untuk tips lainnya, artikel-artikel pada tautan berikut bagus untuk disimak:
Tertarik untuk jadi travel writer di blog dan media massa? Mau tahu kuncinya? Lakukan! Mulailah dari sekarang. Tulis. Tulis. Tulis. Kirim! Jangan minder, jangan takut gagal, jangan jatuh semangat bila gagal. Kita tidak akan pernah tahu hasilnya kalau tidak pernah mencoba. Kalaupun gagal, jadikan pelajaran untuk memperbaiki kekurangan.
Undangan menjadi pembicara Workshop Blogger di Sekolah Islam Terpadu Nurul Fikri Depok itu datang pada pertengahan bulan September 2017. Jadwal workshop-nya bertepatan dengan Hari Blogger Nasional yaitu Jumat tgl. 27 Oktober 2017. Menurut mbak Ibad (panitia), pesertanya adalah siswa/siswi SMP, berjumlah kurang lebih 20-30 orang.
Undangan tersebut bikin saya senang sekaligus deg-degan. Senang karena akan "merayakan" hari blogger dengan menjadi pembicara workshop blogger. Deg-degan karena akan berbicara untuk adik-adik usia SMP, sebuah pengalaman baru sependek saya menggeluti dunia blogging. Dalam rasa senang dan deg-degan itu, undangan saya terima sepenuh hati.
Gebyar Bulan Bahasa SIT Nurul Fikri
Workshop Blogger merupakan salah satu kegiatan dari acara Gebyar Bulan Bahasa yang berlangsung selama satu bulan di Sekolah IT Nurul Fikri. Puncak acaranya dilaksanakan pada hari Jumat, tgl. 27 Oktober 2017.
Mungkin pembaca sudah tahu bahwa sekolah Nurul Fikri ada di beberapa tempat, salah satunya di Depok. Awalnya, saya kira Nurul Fikri ini tempat dua ponakan saya pernah bersekolah SMP, ternyata nama sekolah ponakan saya Al Fikri. Namanya memang hampir mirip, lokasinya pun sama-sama di Depok. Sekolah Nurul Fikri yang di Kelapa Dua Depok ini memiliki sekolah mulai dari TK, SD, SMP, hingga SMA. Lokasi TK dan SMP ada di satu tempat, sedangkan SD dan SMA di lokasi lain. Berikut ini sekolahnya dalam jepretan kamera HP saya.
Selain Workshop Blogger, ada beberapa acara lain yang dilaksanakan pada puncak Gebyar Bulan Bahasa seperti Workshop Vlog, Story Telling, dan Stadium Generale mengenai Guru Menulis dan Berbahasa oleh Pak Asep Sapa'at yang pernah berkarya di Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa.
Semacam kejutan ketika saya tahu pembicara Workshop Vlog dan Story Telling adalah Mbak Hidayati Nur, rekan sesama blogger yang sudah lama saling follow di medsos. Ya, ini semacam ajang kopdar teman di dunia maya yang akhirnya ketemu di dunia nyata. Kami pun mengabadikan pertemuan itu dalam foto-foto ceria berikut ini.
Workshop Blogger berlangsung mulai pukul 9.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB di ruang lab e-learning yang sejuk dan modern. Dalam lab tersebut, ada 36 komputer yang sudah terkoneksi dengan internet, cukup untuk menampung peserta yang hadir. Oh ya, di waktu yang sama, di ruang lab komputer dan multimedia, adik-adik lainnya sedang mengikuti Workshop Vlog dari Mbak Hidayati.
Lab e-learning SMP IT Nurul Fikri
Adik-adik peserta workshop berasal dari kelas 7 dan 8. Bertemu mereka seperti bertemu anak sendiri, karena putra saya juga seusia mereka, duduk di kelas 9 SMP. Para peserta workshop adalah para ABG kekinian yang sudah fasih menggunakan komputer dan sudah lihai berselancar di dunia maya. Jadi, bukan pekerjaan berat untuk mengenalkan mereka pada dunia blog karena mereka sudah terbiasa main internet, baik untuk membaca informasi, maupun menulis sesuatu di media sosial.
Sedang fokus ngeblog 😃
Saya mengawali workshop dengan memberikan materi mengenai MENULIS. Baru kemudian mengenai BLOG. Dari interaksi lewat Q & A, saya simpulkan adik-adik peserta sudah punya pengetahuan yang cukup baik mengenai menulis dan manfaat menulis, namun masih baru dalam menjadikan BLOG sebagai media untuk menulis. Mengajak mereka untuk menulis lalu mempostingnya di blog, adalah sebuah tantangan. Tapi adik-adik peserta punya semangat yang bagus, dan itu memotivasi saya untuk bisa membuat mereka bisa menciptakan ide dan menulis dalam 40 menit waktu yang saya berikan.
Adik-adik sedang fokus menulis, Kak Rien dan Kak Ibad wefie dulu 😆
Para peserta masih awam soal blog, hanya beberapa orang saja (kalau tak salah 3 orang) yang sudah punya blog, itu pun belum lama. Jadi, dalam waktu 40 menit dari 2 jam jatah waktu workshop, saya deg-degan apakah peserta berhasil menulis dan memposting tulisannya di blog masing-masing. Bukan apa-apa, saya sendiri sampai saat ini masih sangat jarang menyelesaikan tulisan dalam waktu satu jam, apalagi langsung posting. Pasti lebih dari 1 jam. Bahkan bisa seharian, atau malah 2 hari baru kelar. Nah ini, 40 menit. Apa bisa?
Saya menyukai interaksi selama 40 menit praktek menulis blog. Saat dimana pertanyaan-pertanyaan atas ketidaktahuan bermunculan. Saat di mana kendala-kendala bisa langsung diketahui sumbernya. Saat di mana solusi bisa langsung dicari tanpa bertele-tele dengan teori. Dan hasilnya, sungguh membuat saya kagum. Adik-adik peserta berhasil ngeblog!
Berhasil ngeblog di sini belum dalam artian mereka benar-benar selesai menuliskan ide-idenya, melainkan mereka berhasil menangkap ide dan menjadikannya sebuah tulisan untuk diposting di blog. Durasi yang saya anggap pendek, memang tidak memungkinkan tulisan yang diposting tampil utuh. Satu persatu blog peserta saya baca. Ada yang menulis tentang otomotif, kuliner, tips, dunia pendidikan, traveling, dan lainnya. Tulisan mereka sudah disertai foto, dipasang dengan bagus, dan sesuai dengan isi tulisan. Saya senang mereka kini mengerti bahwa foto-foto yang diambil dari berbagai sumber harus disebut sumbernya.
Apresiasi untuk postingan terbaik
Jaga terus semangat untuk ngeblog-nya 😗
Sewaktu saya tanya apa alasan dari tema tulisan yang dibuat, sebagian besar menjawab karena berdasarkan minat. Sip, mereka juga sudah paham bahwa sesuatu yang sesuai minat akan lebih mudah untuk ditulis, sehingga ketika menulisnya pun bisa dilakukan dengan sepenuh hati. Ketika sebuah tulisan dibuat dengan hati, maka akan sampai ke hati pembaca.
Saya mengapresiasi semua postingan peserta, dan saya memilih enam blogpost yang paling menarik berdasarkan ide, unsur 5W+1H, struktur kalimat, penggunaan tanda baca, typo, dan foto pelengkap yang memperkuat tulisan. Dua dari enam siswa tersebut bahkan menulis blog dalam bahasa Inggris yang runut dan rapi. Saya jadi kagum sama adik-adik ini.
Bulan Bahasa
Adik-adiknya lebih gede ya dari si mom blogger 😅😆
Menulis adalah cara kita menyiapkan keabadian. Ketika raga tiada, tulisan masih ada, dan itu akan terus dikenang oleh orang-orang yang membaca tulisan kita. Jadi, menulislah dengan baik dan untuk kebaikan. Inilah pesan saya tentang menulis dalam rangka bulan bahasa kepada adik-adik peserta workshop. Pesan yang juga saya tujukan pada diri sendiri, agar selalu ingat bahwa menulis haruslah sesuatu yang bermanfaat buat orang lain, juga untuk diri sendiri. Ketika menulis di BLOG, tulisan akan tersebar luas, dan bisa menjadi viral. Kita bebas memposting apa saja, tapi harus berhati-hati terhadap apa yang kita tulis. Gunakan blog dengan bijak. Ketika blog digunakan dengan baik, kebaikan dan rejeki akan datang lewat blog. Itulah sedikit pengalaman yang saya bagi dalam workshop blogger ini.
Ruang Perpusatakaan
Depan Sekolah
Selamat menjadi penulis dan selamat hari blogger nasional untuk seluruh blogger dimana pun berada.
Terima kasih kepada Yayasan Nurul Fikri yang sudah mengundang saya jadi pembicara. Semoga secuil ilmu dan pengalaman yang saya bagi bisa bermanfaat untuk adik-adik di SMP IT Nurul Fikri.
Selamat menjadi blogger ya semuanya - Keep blogging & keep shining 😍
SMP IT Nurul Fikri
Alamat: Jalan Tugu Raya No. 61, RT. 07/07, Tugu, Cimanggis, Depok – 16451 Jawa Barat
Bukan tanpa sebab saya datang ke Kafe & Resto Ranah Kopi pada hari Sabtu 18/4/2015 lalu, melainkan untuk mengikuti kelas Menulis Kisah Perjalanan bersama Anida Dyah (penulis Under The Southern Stars), yang didukung oleh Gagas Media dan Akademi Berbagi. Kedatangan saya di kelas ini tak hanya membuat saya mendapatkan ilmu menulis, atau bertemu kembali dengan Talitah Zahra (dari Scarf Magazine), tetapi juga bertemu untuk pertama kalinya dengan mbak Oka Aurora.
Siapa mbak Oka Aurora? Beliau penulis skenario film Strawberry Surprise (SS) dan film Ada Surga di Rumahmu (ASDR). Saya kenal nama mbak Oka dari kedua film itu. Saat ASDR tayang, saya punya kesempatan bertemu mbak Oka di acara preview film ASDR. Sayangnya, pertemuan itu gagal. Namun akhirnya, di sinilah tempat saya berjumpa pertama kali dengan mbak Oka, di Ranah Kopi, kafe milik suami mbak Oka.
Talita Zahra & Oka Aurora
Sebetulnya, tanda-tanda akan berjumpa mbak Oka itu sudah ada sejak pertama saya memasuki kafe. Stand banner Film Ada Surga di Rumahmu yang berdiri di pojok kanan depan kafe dan banner film Strawberry Surprise di pojok tangga menuju lantai 2, sudah membuat saya bertanya-tanya. “Yang dipajang kok banner film, kenapa bukan banner Akademi Berbagi atau banner bergambar buku Under The Southern Stars?” Namun, beberapa saat kemudian muncul satu nama di benak saya: Oka Aurora!
Stand banner film Ada Surga di Rumahmu
Banner film Strawberry Surprise
Dan benar, ada mbak Oka. Walau belum pernah berjumpa, saya bisa mengenalinya. Saat itu kami tak langsung bisa saling menyapa karena tempat duduk kami berjauhan. Seusai workshop baru bisa ngobrol. Di akhir obrolan, saya minta ijinnya untuk meliput isi kafenya. Lumayan kan, selain membawa pulang ilmu menulis, juga bisa bawa pulang bahan tulisan! Hehe.
Oh ya, tentang kelas Menulis Kisah Perjalanan, nanti saya tulis di postingan tersendiri.
Konsep Vintage Feels like home. Itulah kesan yang ingin diberikan Ranah Kopi. Atmosfir jadul dari sejumlah perabot yang jauh dari kesan brand new berpadu dengan interior bernuansa modern, memberikan nuansa kafe yang tak biasa.
Kamera jadul dan buku-buku Kopi
TV & Teko lawas
Keberadaan TV model jadul, Teko jadul, kamera analog jadul, serta beberapa barang jadul lainnya, mendukung konsep vintage yang diusung oleh kafe ini. Di lantai dasar, perabot lawas yang merupakan barang bekas tersebut telah disulap menjadi pajangan cantik bak butik. Banyak hal yang berhubungan dengan kopi, baik dalam bentuk gambar, tulisan, maupun buku, menjadi pajangan ruang kafe. Ada yang di gantung di dinding, ada pula diletakkan di atas meja.
Tempat barista meracik kopi terletak di lantai dasar, di sisi kiri dekat pintu masuk. Dari sofa yang saya duduki, saya bisa melihat barista beraksi meracik kopi dengan espresso machine. Stoples berisi biji-biji kopi yang diberi nama sesuai nama daerah asal kopi, berderet di atas sebuah meja, disebelah meja kasir. Uniknya, itu bukan meja biasa, melainkan sebuah TV yang besarnya seluas meja kerja saya di rumah. Ya, TV jadul yang bentuknya seperti bufet, terbuat dari kayu, dan dijadikan sebagai meja tempat meracik kopi.
Di lantai 2 ada table ukuran kecil dipasangkan dengan kursi tinggi menghadap langsung ke arah jendela, memperlihatkan pemandangan Jalan Raya Margonda. Cahaya alami menerobos masuk melalui jendela yang terbuka, menjadikan suasana terasa lebih hangat. Sofa-sofa empuk dan kursi-kursi beraneka gaya memenuhi ruangan, tempat penikmati kopi bersantai sambil mengudap hidangan kesukaan.
Lantai 2
Lantai 2
Kopi Istimewa Cita Rasa Khas Indonesia Keistimewaan Ranah Kopi ada pada berbagai kopi hitam khas Indonesia yang ditawarkannya, yaitu Robusta Java, Special Blend, Kopi susu, dan 9 jenis kopi Arabica, yakni: Kopi Aceh Gayo, Kopi Mandailing, Kopi Sidikalang, Kopi Lintong, Kopi Toraja, Kopi Bali, Kopi Priangan, Kopi Flores, Kopi Papua. Semua black coffee tersebut dapat dipesan dengan 6 variasi penyajian, yaitu: tubruk, french press, pour over, Vietnam drip, dan iced.
So, pastikan ketika memanggil waiters, salah satu dari bermacam single origin coffee tersebut tak luput dari pesanan, khususnya Kopi Priangan yang menjadi Indonesian Speciality dari Ranah Kopi. Harga black coffee mulai dari Rp 11.000-19.000
Espresso
Ranah Kopi juga menawarkan sajian kopi modern yang tidak kalah unik. Berbagai pilihannya adalah Espresso, Double Espresso, Americano, Cappucino, Caffe Latte, Caffe Mocha, Hazelnut Latte, dan Affogato. Saat barista membuat Hazelnut Latte (signature dish Ranah Kopi), saya mendekat untuk melihat proses pembuatannya. Ternyata, secangkir kecil espresso dibuat dari 10 gram biji kopi. Rasanya sangat pahit, namun bisa ditambahkan gula sesuai selera jika ingin manis. Kisaran harga dari espresso based ini adalah Rp 15,000-19,000.
Indonesian Speciality
Aneka kopi yang ditawarkan akan semakin terasa kenikmatannya ketika diminum bersama kudapan. Untuk main course, ada spaghetti bolognaise smoked beef/chicken katsu, Aglio olio smooked beef/chicken katsu, dan fettuccini carbonara. Harga mulai Rp 27.000-29.000. Untuk masakan khas Indonesia ada mie goreng, mie rebus dan nasi goreng. Harga mulai dari Rp 19.000-27.000. Untuk side dish & dessert, ada tiramisu, banana crispy chocolate, banana split, french fries, velvet pancake ice cream, siomay, indomie rebus/goreng, roti gandum bakar, pisang bakar keju, pisang goreng keju. Harga berkisar Rp 13.000-19.000
Ayo ke Ranah Kopi Ketika ingin mengusir penat dari rutinitas yang padat, maka Ranah Kopi bisa jadi salah satu tempat alternatif untuk sejenak ‘melarikan diri’ dari kesibukan. Konsep interior Ranah Kopi yang homey, belum lagi ditambah semerbak harum kopi, memicu produksi hormon endorfin dalam tubuh, menghasilkan rasa rileks.
Saya sendiri, terus terang bukanlah seorang peminum kopi. Dalam artian begini, ketika tidak ada kopi, saya tidak mencarinya. Namun ketika terhidang, saya akan meminumnya sampai habis. Di sini, tanpa memesan kopi pun masih bisa menikmati minuman lainnya. Ada green tea latte, iced lychee tea, rosella tea, lemon tea dan classic tea.
Siapa pun, bisa ajak kerabat dan rekan untuk meeting, arisan, kumpul-kumpul santai, atau kumpul untuk acara review/bedah buku, kelas kepenulisan, dll, di Ranah Kopi. Ruang di lantai 2 dapat digunakan untuk kegiatan seperti itu. Kapasitas di lantai 2 bisa untuk 30-35 orang.
Sudah menikmati secangkir kopi hari ini? Ayo mampir ke Ranah Kopi. Buka setiap hari dari pukul 10.00 s/d 23.00 WIB
Tentang Ranah Kopi
Misi : -Mempopulerkan kopi lokal yang fresh, berkualitas, sehat dan menyehatkan. -Menjadikan Ranah Kopi sebagai rumah kedua pelanggan -Membuat pelanggan lebih bahagia saat meninggalkan kafe.
Arti nama Ranah: wilayah, daerah, tanah. Ranah Kopi: mengasosiasikan bahwa Indonesia adalah tanahnya kopi, karena terdapat banyak kopi dengan beragam jenis dan karakter.
1. Background story menjadi blogger & travel writer.
Nggak ada latar belakang khusus dan istimewa, semuanya berangkat dari hobi saya saja. Hobi BACA, MENULIS, JALAN-JALAN, FOTO.
Hobi tersebut sudah ada sejak lama. Kalau hobi baca dan nulis sudah sejak SD. Ketika remaja, saya mulai hobi jalan, dari jalan itulah kemudian suka dengan aktivitas fotografi sampai sekarang. Nah, sebelum saya kenal blog, semua hobi hanya tersimpan dalam bentuk foto dan ingatan. Tidak ada cerita yang bisa dibaca. Pernah sih nulis di buku tulis, tapi bukunya sudah nggak ada. Ada yang hilang, rusak, dan mungkin sudah dibuang. Lalu ketika saya kenal blog, saya seperti menemukan tempat yang tepat buat menyimpan hobi jalan dan foto dalam bentuk tulisan yang nggak cuma bisa dibaca oleh saya, tapi juga dibaca oleh orang lain. Nah dari sinilah cikal bakal saya jadi travel writer dan blogger.
2. Cita-cita masa kecil Mba Kat
Percaya nggak? Saya sejak kecil sudah bercita-cita jadi penulis lho. Kenapa? Karena sejak masih SD saya sudah memiliki hobi baca. Dulu saya bersekolah di SD YKPP (sekolah milik Yayasan Pertamina). Ada perpustakaan besar berisi bermacam buku bacaan bermutu. Saya sering menghabiskan waktu di perpustakaan itu. Banyak novel yang saya baca. Saya suka sekali membaca cerita tentang persahabatan dan petualangan. Dari sanalah saya bercita-cita jadi penulis, tapi penulis yang suka berpetualang. Karena dari dulu saya orang yang suka dengan tantangan, jadi kalau saya banyak bepergian, saya pikir saya akan menemukan banyak tantangan. Nah, cerita tentang bepergian itulah yang ingin saya tuliskan. Makanya saya bercita-cita jadi penulis. Berpuluh tahun kemudian setelah menikah dan punya anak, baru kesampaian.
3. Skill apa yang harus dimiliki untuk menjadi blogger & travel writer?
Idealnya sih punya banyak kemampuan supaya jadi blogger yang sempurna. Tetapi yang paling pokok menurut saya adalah kemampuan menulis dan ilmu jurnalistik, serta kemampuan berkomunikasi. Jika sudah punya 2 hal ini, baru yang lainnya.
Mengapa mesti memiliki kemampuan menulis dan ilmu jurnalistik? Supaya kita bisa membuat konten yang menarik dan bermanfaat namun sesuai dengan kode etik jurnalistik. Jadi meskipun blog itu punya kita pribadi, suka-suka kita mau mengisinya dengan apa, tetap harus memperhatikan apa yang boleh dan tidak boleh dituangkan dalam tulisan. Jadi kita harus mengerti batasan-batasan dan bertanggung jawab terhadap apa yang kita tulis.
Kenapa perlu memiliki kemampuan berkomunikasi? karena saat kita jadi blogger bakal banyak menjalin hubungan, entah dengan sesama blogger itu sendiri, dengan pembaca umum, maupun dengan brand dan klien yang suatu saat mengajak bekerja sama untuk artikel review, liputan event, sponsor post dan lainnya. Dalam berhubungan tersebut, tentu dibutuhkan sebuah kemampuan dasar komunikasi dan hubungan sosial yang baik. Dengan memiliki kemampuan berkomunikasi, kita akan mendapatkan banyak teman yang pasti berguna untuk perkembangan blog kita di masa depan.
Kalau yang lainnya sih mungkin kita juga perlu memiliki kemampuan mendesain, entah untuk blog maupun tulisan. Kalau belum mampu, bisa sih bayar orang untuk mendesain, tapi lebih bagus kalau kita sendiri yang lakukan.
Jika jadi travel blogger, miliki kemampuan penunjang seperti fotografi, karena travel blog nggak lepas dari foto-foto perjalanan dan destinasi. Kalau kita mampu, kita bisa menampilkan foto-foto berkualitas dalam tulisan yang kita buat.
Lalu perlu juga menguasai ilmu manajemen dan bisnis. Buat apa? Saat blog kita mulai diminati, lalu laris manis dapat kerja sama, kita harus bisa mengatur jadwal supaya kegiatan menulis kita tidak berantakan, serta harus bisa bernegosiasi dan berhitung untung rugi untuk kelanjutan blog dan kita sendiri sebagai blogger.
Kalau belum punya semua kemampuan itu, ga bisa jadi blogger dong? Bukan nggak bisa, justru itulah saatnya kita belajar. Saya juga belajar kok, ga sim salabim seperti sekarang.
4. Pengalaman pertama menulis cerita perjalanan
Pengalaman Pertama menulis di blog saya lupa kapan tepatnya, dan saya juga lupa apa yg pertama saya tulis. Saya justru ingat pengalaman pertama menulis cerita perjalanan untuk majalah SCARF tahun 2014. Judulnya Bromo, Keajaiban Alam Penuh Keindahan dalam Rubrik Travelogue Majalah Scarf Vol. 7, 2014.
Ceritanya begini. Saya dihubungi oleh pihak majalah yang katanya tahu saya dari blog. Dia melihat artikel saya tentang Bromo. Lalu saya diminta menulis ulang dengan ketentuan jumlah kata 1200 kata dan mengirim minimal 5 foto resolusi tinggi. Saya diberi waktu 1 minggu buat merampungkan tulisan. Perasaan saya waktu itu nano-nano. Terharu karena akhirnya ada juga yang melirik tulisan saya. Merasa gembira sekaligus deg-degan. Sampai nggak bisa tidur nyenyak karena memikirkan gimana caranya supaya tulisan saya bisa bagus dan nggak mengecewakan. Padahal tahu nggak? Waktu itu saya nggak dibayar, cuma dikasih gratis majalah. Saya saat itu sama sekali tidak memikirkan bayaran. Diundang menulis saja sudah senang. Apalagi saat melihat tulisan dan foto buatan sendiri dipajang di majalah full color, majalah muslimah pula, bahagia sekali rasanya. Setelah itu saya jadi semangat dan tertantang untuk menulis di majalah dan koran lainnya. Alhamdulillah datang kesempatan menulis di Femina, Intisari, Gadis, koran-koran, hingga majalah pesawat yang sampai sekarang sudah 88 artikel yang pernah dimuat.
5. Poin-poin apa yang harus dimasukkan agar tulisannya menarik
Menulis blog bagi saya adalah menyampaikan informasi. Informasi apa? Kalau travel blog berarti informasi tentang destinasi, kuliner, hotel, transportasi, belanja, dan lainnya. Nah, tulisan yang informatif harus mengandung unsur 5W1H yaitu What (apa), Where (dimana), When (kapan), Who (siapa), Why (mengapa), dan How (bagaimana).
Namun menulis cerita perjalanan untuk travel blog sebaiknya memiliki sentuhan personal, maka menulislah dengan teknik storytelling.
Tulisan yang menarik menurut saya adalah tulisan yang memiliki sisi personal yang berbeda dari penulis lainnya. Karena setiap orang akan memiliki pengalaman yang berbeda meskipun pergi ke tempat yang sama. Mungkin kita bertemu hal-hal unik, mengalami keseruan, atau bahkan merasakan kecewa saat traveling, bisa kita ceritakan sebagai sebuah fakta yang menarik. Misalnya cerita tentang ketinggalan pesawat, entah gara-gara banjir, atau gara-gara mobil sewaan yang tidak on-time menjemput, atau gara-gara dihadang sekelompok kerbau, itu misalnya yaa. Hal-hal seperti ini, yang mungkin merupakan sebuah masalah, bisa jadi poin menarik dalam sebuah cerita perjalanan. Jadi ceritakanlah hal ini dalam tulisan, angkat masalahnya, ceritakan penyebabnya, lalu berikan solusi/kiat-kita versi kita.
Ceritakan perjalanan dengan jujur dan deskritif. Misal nih, tentang perjalanan ke Labuan Bajo. Umumnya orang-orang akan menulis komodo itu seperti apa, makan apa, seganas apa, dll yg hanya fokus ke komodo saja. Coba sambil kita tulis juga tentang apa yang kita alami selama naik kapal menuju Pulau Komodo, siapa tahu mabok laut ya, atau mengalami hujan badai di laut, itu bisa diceritakan sebagai sebuah fakta. Bisa juga tentang para ranger yang galak banget (dalam tanda kutip) selama menemani kita melihat komodo, atau tentang bagaimana cara menghadapi tantangan selama berada di sarangnya komodo. Misalnya kita bandel datang pada saat sedang haid, lalu dikejar komodo. Bukankah ini menarik untuk diceritakan? Jadi jelaskan juga hal-hal tersebut secara detail, dengan lebih dan kurangnya, supaya tulisan kita lebih kaya cerita dan bisa diambil pelajarannya oleh pembaca.
Unsur dialog dalam cerita
Pentingnya bertemu dan berinteraksi dengan warga lokal yang kita temui saat berada di suatu tempat adalah supaya kita bisa mendapatkan informasi langsung dari narasumber. Dialog yang terjadi bisa kita kutip ke dalam tulisan. Adanya dialog membuat alur cerita lebih hidup. Dapat membantu pembaca membayangkan kejadian dari sudut pandang kita. Hal ini akan membuat tulisan kita memiliki perspektif dan warna lebih. Ini juga mendukung imajinasi pembaca saat menelusuri tulisan kita.
Tampilkan foto/video berkualitas. Hal ini poin penting buat travel blog.
Akhiri tulisan dengan pesan untuk perubahan. Setiap perjalanan pasti memberikan perubahan pada orang yang melakukannya. Entah itu membuat kita jadi lebih mandiri, lebih hati-hati, lebih siap menghadapi perubahan, atau lebih adaptif dalam kehidupan sehari-hari. Apapun itu, ceritakan hal ini kepada pembaca. Bentuk perubahan tersebut, besar atau kecil, tentu akan menjadi inspirasi bagi mereka.
6. Pengalaman paling seru ketika travelling
Banyak pengalaman traveling yang seru. Kalau boleh memilih satu saja, trip ke Labuan Bajo kental dengan petualangan dan paling seru. Moda transportasi yang digunakan beragam, dari naik pesawat, mobil, speedboat, hingga naik kapal bermalam selama 3 hari di laut. Area jelajah luas, dari kampung, pantai, bukit, hutan, padang rumput, laut, sampai bawah laut. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan, dari diving snorkeling, swimming, hiking treking. Bisa jumpa hewan langka, buas, dan berukuran raksasa. Di darat ketemu Komodo, di laut ketemu manta (ikan pari raksasa), di udara melihat ribuan kalong (di Pulau Kalong pada suatu sore). Merasakan bermalam di kamar hotel pinggir laut, juga merasakan bermalam di kamar dalam kapal yang membawa berlayar dari pulau ke pulau. Melihat indahnya matahari terbit dan terbenam dari atas kapal, hingga merasakan kapal oleng kena hujan dan angin kencang, dan saya mabok dibuatnya. Benar-benar lengkap dan kaya rasa.
7. Ketika pandemi, aktivitas apa yang Mba Kat lakukan sebagai pengganti travelling? Ataukah masih travelling di sekitaran tempat tinggal?
Selama pandemi saya lebih banyak di rumah. Ssejumlah rencana trip yang dibuat awal tahun 2020 (sebelum pandemi datang) dibatalkan oleh klien. Saya tidak kecewa, justru bersyukur. Selama di rumah jadi punya banyak waktu buat bikin konten wisata (tulisan/video) dari perjalanan yang dilakukan sebelum pandemi yang belum pernah diangkat dan dipublikasi. Jadi, meski belum jalan-jalan lagi, tetap ada cerita perjalanan yang bisa saya ceritakan. Dengan begitu rasanya malah seperti sedang jalan-jalan lagi hehe
8.Gimana caranya survive jadi blogger & travel writer dari waktu ke waktu?
Ya harus rajin nulis dan mengupgrade kapasitas diri. Harus terus menjalin networking yang baik dengan semua pihak, rajin memperbarui informasi, supaya konten-konten kita selalu update dan sesuai perubahan zaman.
Ada pepatah mengatakan: Orang yang berhenti belajar adalah pemilik masa lalu. Orang yang rajin belajar adalah pemilik masa depan.
9. Nilai-nilai apa yang ingin disebarkan ke pembaca blog/followers sosmed?
Pastinya nilai-nilai positif yang menginspirasi, yang memotivasi orang untuk berubah atau bergerak melakukan kebaikan. Supaya pembaca/followers tidak sia-sia menghabiskan waktu mereka membaca catatan kita. Jadi haruslah menyebarkan yang bermanfaat. Selain itu, nilai-nilai positif juga bisa dikategorikan ibadah bagi umat Islam, dan menjadi investasi amal kebaikan di akhirat.
Selain nilai-nilai positif, inspiratif, dan motivatif, ada nilai-nilai kebenaran dan keadilan yang bisa disuarakan. Misalnya terkait fenomena atau kasus atau kejadian tertentu yang dirasa mencederai unsur-unsur keadilan, kita bisa menuliskan kritik dengan bahasa yang baik. Kritik yang disampaikan dengan bahasa yg baik/bijak sesungguhnya telah mewakili dua hal: (1) memberi contoh nilai2 kebaikan, (2) menyuarakan kebenaran demi perbaikan.
10. Bedanya tantangan jadi blogger dulu & sekarang
Dulu perkembangan informasi belum sepesat sekarang. Kalau mau riset, banyak yang manual/konvensional. Misalnya harus ke perpustakaan atau datang langsung ke lapangan. Pembaca/followers dulu tidak terlalu kritis karena input informasi mereka juga terbatas.
Sekarang Teknologi Informasi dan Komunikasi berkembang pesat. Riset bisa dilakukan kapan saja dengan berselancar di dunia maya atau berbagi data/info lewat aplikasi-aplikasi yang ada. Tantangannya, pembaca/followers semakin kritis karena wawasan mereka semakin luas. Oleh karena itu, konten yang dibuat juga harus semakin berkualitas, sehingga perlu riset yang makin dalam, pembahasan yang makin rinci dan 'tidak biasa'. Supaya menarik.
11. Potensi di bidang travel blog/kepenulisan seperti apa?
Kalau dari pengalaman saya pribadi, travel blog berpotensi menghasilkan pundi-pundi Rupiah. Bisa menjadi salah satu sektor industri kreatif. Sebagai tempat untuk menyalurkan hobi. Sebagai sarana meluapkan curahan hati/perasaan/ide/pikiran.
12. Menurut Mbak Kat 5 tahun ke depan dunia blog & tren travelling di Indonesia akan seperti apa?
Banyak yang menilai, hari ini orientasi pengeluaran masyarakat berubah. Khususnya anak muda, atau yang berjiwa muda, dan kaum milenial. Jika dulu orang lebih suka menabung atau mengoleksi barang, sekarang orang cenderung mencari hiburan, pengalaman, relasi. Diantaranya melalui traveling yangg bertujuan untuk melepaskan kepenatan dengan pergi ke tempat-tempat idaman.
Sepertinya 5 tahun ke depan dunia blog dan tren traveling semakin meningkat. Apalagi muncul tren baru berupa virtual tour. Di situ butuh host atau narasumber yang berpengalaman untuk menjadi pemandunya.
Gencarnya usaha masyarakat dan pemerintah memromosikan tempat-tempat wisata baru juga menjadi peluang para travel blogger untuk berkontribusi memasarkan keberadaannya dan memopulerkannya.
Rasa ingin tahu masyarakat akan tempat-tempat baru semakin besar. Mereka butuh informasi dan teman berbagi informasi yang salah satu medianya tentu lewat blog atau tulisan.
Menuliskan pengalaman, catatan, ide pemikiran, atau sesuatu yang berharga, juga menjadi bagian dari cara kita menorehkan sejarah bagi anak cucu kita. Mereka bisa membaca jejak digital kita. Orang lain juga bisa mengambil manfaatnya.
13. Pesan-pesan untuk pendengar
Siapapun kita, kita harus bisa memberikan peran terbaik sesuai kapasitas.
Jika suka jalan-jalan dan menulis, lakukan dengan hati dan hati-hati. Berikan manfaat baik untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain.
Kalau jadi penulis, jadilah penulis yg baik. Harus tetap rendah hati dengan pengalaman yang dimiliki. Jadi, ayo penuhi dunia literasi dengan kebaikan.
============================
Live streaming acara ini bisa ditonton ulang di channel RRI Net Bengkulu melalui link berikut: Pro2 Creative