Travelerien.com
“Minta Pak Ardi ngebut supaya keburu lihat sunset di Labuhan Jukung,” pesan Aries melalui chat WA.
Saya sih pinginnya bilang begitu ke Pak Ardi. Tapi kendaraan sudah melaju cukup kencang, kalau minta tambah ngebut lagi, khawatir mobil kami bakal terbang :D
“Minta Pak Ardi ngebut supaya keburu lihat sunset di Labuhan Jukung,” pesan Aries melalui chat WA.
Saya sih pinginnya bilang begitu ke Pak Ardi. Tapi kendaraan sudah melaju cukup kencang, kalau minta tambah ngebut lagi, khawatir mobil kami bakal terbang :D
Naik mobil keliling Krui bersama Pak Ardy (dispar Krui) |
Kamis siang (16/3/2017) kami melakukan perjalanan berkendara mobil dari Bandar Lampung menuju Krui, Kabupaten Pesisir Barat. Waktu tempuh hampir 7 jam lamanya. Ada yang bilang biasanya cuma 5 jam. Dengan jarak tempuh sekitar 250 KM BDL- Krui, saya perkirakan yang 5 jam itu pasti ngebut banget.
Perjalanan lancar Alhamdulillah, melewati Kabupaten Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, dan melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ada kenangan yang tiba-tiba menyeruak ketika melewati Sanggar Batik Ratu di Kecamatan Talang Padang, Penginapan Pelangi di Kota Agung, Tugu Lumba-lumba, dan Rumah Dinas Bupati Tanggamus. Tempat-tempat itu pernah saya kunjungi saat Festival Teluk Semaka 2015 (FTS 2015) bersama kawan-kawan blogger yang diundang oleh dispar Tanggamus. 2 tahun berlalu tanpa terasa, ternyata semua masih lekat dalam ingatan. Saya colek Yayan yang sama-sama pernah ikut FTS, ia pun masih ingat.
Perjalanan lancar Alhamdulillah, melewati Kabupaten Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus, dan melintasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ada kenangan yang tiba-tiba menyeruak ketika melewati Sanggar Batik Ratu di Kecamatan Talang Padang, Penginapan Pelangi di Kota Agung, Tugu Lumba-lumba, dan Rumah Dinas Bupati Tanggamus. Tempat-tempat itu pernah saya kunjungi saat Festival Teluk Semaka 2015 (FTS 2015) bersama kawan-kawan blogger yang diundang oleh dispar Tanggamus. 2 tahun berlalu tanpa terasa, ternyata semua masih lekat dalam ingatan. Saya colek Yayan yang sama-sama pernah ikut FTS, ia pun masih ingat.
Singgah sesaat di Gisting Kab. Tanggamus - in frame : Dian www.adventurose.com |
Jalan mulus sesekali berlubang, berkelok-kelok naik turun bukit. Sejak siang terang hingga malam gelap, kami lalui dengan berbagai rasa yang dulu pernah ada #eh. Puluhan lagu mengalun dari MP3. Lagu-lagu tempo dulu sampai lagu kekinian. Dari lagu dengan lirik sedih, riang, bahagia, hingga galau, menemani perjalanan. Sayang nggak ada lagu indianya. Andai ada, mungkin pemuda yang satu itu sudah konser sambil nari-nari di dalam mobil :D
Deddy, Dian, Yayan, dan Yuk Annie terkantuk-kantuk, lalu tidur. Saya dan Mas Arif yang sengaja duduk bertigaan di belakang bersama koper pink cantik punya wanita milenia, banyak melek sepanjang jalan dan tetap terjaga ketika mobil sudah sampai di RM Sari Rasa pada pukul 8 malam.
Hooo kemalaman. Gagal lihat sunset.
Menu makan malam pertama kami di Krui |
Makan Malam di RM. Sari Rasa
Pesisir Barat punya kuliner khas yang wajib dicoba. Di antaranya pandap, kue cucokh, kacang tujin, sate ikan tuhuk, dan gulai taboh. Masakan pandap, sate tuhuk dan gulai taboh berbahan dasar ikan. Sedangkan kacang tujin berbahan kacang merah. Kue cucokh berbahan gula merah dan tepung. Kalau ke Krui, wajib nih nyobain makanan-makanan tersebut.
Hari pertama di Krui, kami makan malam di RM Sari Rasa. Menunya ikan. Tapi bukan diolah menjadi makanan khas Krui seperti yang saya sebutkan tadi. Okelah, yang penting makan. Perut sudah lapar. Badan sudah letih. Makan yang ada saja dulu.
Ada 5 pengunjung lain saat kami masuk. Salah satunya Aries dari Dispar Krui yang sudah menunggu kami sejak siang. Dialah yang mengundang kami ke Krui. Setelah 3 bulan (sejak Januari 2017) hanya saling chat di WA dan ngobrol via telpon, akhirnya saya dan Aries bertemu. Kami pun bersalaman, bergantian berkenalan. Tak lama, Aries meminta kami untuk segera memesan makanan. Sambil menunggu pesanan terhidang, kami ngobrol.
Melepas lapar dan dahaga |
Menu ikan menjadi menu andalan di Rumah Makan Sari Rasa. Mau ikan nila atau mas, tinggal pilih. Dapat dimasak dengan cara digoreng dan dibakar. Saya memesan ikan nila goreng garing. Untuk minuman, saya inginnya minuman buah. Biar segar gitu. Alhamdulillah ada. Buah naga kesukaan pula. Pas banget.
Mbak Dian, Mas Arif, dan Yuk Annie memesan kopi. Buat mereka, tampaknya kopi jadi penambah energi. Eh tapi Mas Arif tumben sih ngopi. Malam-malam pula. Mumpung ada teman ngopi kali ya.
Buat traveler yang sedang melancong di Krui, mampir makan ikan di sini enak juga lho. Ikannya segar. Sambelnya sedap. Barangkali mau duduk-duduk ngobrol sambil ngopi saja juga bisa. Rumah makannya buka sampai malam. Jam 10 kami keluar, rumah makannya belum tutup.
Coba makan di sini kalau ke Krui |
Cottage Labuhan Jukung Dispar Krui
Dinas Pariwisata Krui punya 2 cottage di Pantai Labuhan Jukung. Cottage-nya berbentuk panggung. Semuanya menghadap pantai. 1 cottage terdapat dua kamar. Pas untuk kami berenam. Masing-masing 1 kamar untuk tiga orang. Saya bersama Dian dan Yuk Annie. 1 kamar lagi ditempati oleh Yayan, Deddy dan Mas Arif. Cottage ini biasanya disewakan dengan harga Rp 275.000/malam/kamar tanpa sarapan. Buat yang berminat menginap di Cottage Labuhan Jukung, boleh lho hubungi Aries Pratama di nomor HP. 0821-8683-9738
Kamarnya tidak terlalu besar. Tapi ada AC, kamar mandi dalam, 1 tempat tidur dengan kasur besar, dan 1 kasur tambahan. Ada TV flat juga. Nah, urusan TV ini sempat bikin kesel. Jika di kamar sebelah TV mudah dinyalakan, yang dikamar kami susahnya kebangetan. Yuk Annie sampai ngiri sama kamar sebelah. Saya ngikik. Dalam hati, biarin TV nya mati, biar saya bisa tidur haha.
Cottage Labuhan Jukung milik Dispar Krui |
AC dinyalakan. Kamar jadi dingin. Jika Mbak Dian dan Yuk Annie mandi, saya cuci muka dan gigi saja. Solat, lalu tidur. Setelah saya terlelap, dua wanita itu ternyata ngobrol sampai tengah malam. Sepertinya efek kopi membuat keduanya segar bugar. Lha saya, nempel bantal langsung molor. Putri tidur banget. Akibat ingin tidur cepat inilah saya jadi lupa mau motret bintang. Padahal saat tiba di cottage sudah sepakat sama Mas Arif mau ke pantai. Mumpung langitnya bagus.
Malam pertama di Krui saya tidur lelap. Bangun pagi badan sudah segar lagi. Listrik menyala sampai pagi. Teringat cerita Aris. Di Krui listrik terbatas. Pada jam tertentu padam. Tapi di cottage ada jenset. Kami jadi aman tanpa gelap-gelapan.
Sarapan di pinggir pantai, membelakangi cottage |
Pantai di depan cottage |
Ada saung kayu di depan cottage, enak buat duduk-duduk sambil sarapan. Tapi kami memilih bangku di bawah pohon dekat pantai. Duduk di sana bareng-bareng, menikmati nasi uduk lauk ikan tuhuk yang dibeli oleh Aries entah di mana. Oh ya, cottage tidak menyediakan sarapan. Jadi tamu harus cari sendiri. Tapi di sekitar penginapan ada warung, tinggal beli saja.
Suguhan pagi dari alam berupa laut luas dengan ombaknya yang tak henti menderu. Barisan bukit sambung menyambung di latar belakang. Langit cerah. Matahari pun bersinar hangat. Teh dan kopi panas yang terhidang, jadi saksi betapa pagi sedang berbeda dari hari-hari biasa.
Yayan sedang jalan santai menikmati suasana pantai |
Pantai Labuhan Jukung yang biasanya cuma saya lihat di instagram milik pengguna akun-akun asal Lampung, kini saya lihat langsung. Pantai wisata ini dikelola langsung oleh dispar Krui. Terletak di lokasi strategis. Dilewati jalur lintas barat, dekat pusat kota, dekat pusat kuliner, dan tempat berlabuhnya para nelayan. Pantai Labuhan Jukung merupakan surganya peselancar karena pantai berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga dianugerahi ombak besar dan tinggi. Yang lebih menarik lagi, dari pantai ini kita juga dapat melihat matahari terbenam dibalik cakrawala.
Banyak pesona yang bisa dikagumi dari Pantai Labuhan Jukung. Sayang kami tidak berlama-lama di tempat ini. Usai sarapan kami langsung berangkat ke Pulau Pisang dari Pelabuhan Kuala Stabas. Memulai petualangan di Pesisir Barat.
Cerita perjalanan menjelajah Pulau Pisang dapat di baca pada tulisan saya sebelumnya: Jelajah Keindahan Pulau Pisang Pesisir Barat
Pantai Labuhan Jukung depan cottage kami |
Pelabuhan Kuala Stabas
Jumat pagi rencananya kami akan diajak bertemu salah satu pejabat dispar. Tapi ibu yang mau ditemui ternyata upacara. Tidak bisa diganggu. Kalau ditunggu bakal lama. Rencana diubah, daripada habis waktu buat menunggu, lebih baik langsung berangkat ke Pelabuhan Stabas untuk menyeberang ke Pulau Pisang.
Selama ini saya mengira pelabuhan untuk menyeberang ke Pulau Pisang itu dari Dermaga Labuhan Jukung, ternyata dari Pelabuhan Kuala Stabas. Letaknya tidak terlalu jauh dari cottage. Meski dekat, kami ke sana naik mobil, diantar Pak Ardy. Semua barang kami bawa.
Saat ini Pelabuhan Kuala Stabas merupakan perlabuhan utama di Pesisir Barat. Kalau punya banyak waktu, kita dapat menemui beragam hasil laut seperti lobster dan ikan Blue Marlin yang ditangkap secara tradisional oleh penduduk setempat menggunakan kapal-kapal kecil.
Sepertinya akan menyenangkan jika bisa menunggu nelayan-nelayan pulang melaut, bawa ikan segar, dan kita jadi yang pertama kali menyambut ikan-ikannya sesampainya mereka di dermaga. Saya jadi rindu aroma amis ikan yang dulu pernah saya lihat di pelelangan ikan Pelabuhan Kota Agung Tanggamus (Nopember 2015).
nelayan menikmati pagi di pelabuhan |
ngopi di pelabuhan |
Suasana Pelabuhan Kuala pagi itu tampak sepi dari seliweran orang-orang. Hanya jukung (perahu nelayan khas Lampung) yang rapat berbaris, terapung di laut. Beberapa pria, mungkin nelayan, tampak menikmati kopi pagi di warung-warung sekitar pelabuhan. Hanya sesekali saja 2 atau 3 orang warga melintas.
Diantara deretan jukung, terdapat sekitar 6 kapal cepat. 1 kapal kecil bertuliskan “Polisi”. 4 kapal cepat ukuran sedang. 1 kapal cepat ukuran agak besar. Sepertinya kapal khusus. Pada tembok sebuah rumah, terpasang informasi tarif menyeberang, waktu, dan rute.
Pulau Pisang - Kuala Stabas Jam 6.30-08.00 Rp 20.000,-
Kuala stabas – Pulau Pisang Jam 10.00-10.30 Rp 20.000,-
Tebakak – Pulau Pisang Jam 8.00 Rp 10.000,-
Pulau Pisang – Tebakak Jam 14.00 Rp 10.000,-
Jika tidak mau menunggu jadwal tersebut, bisa juga dengan sewa jukung. Berangkat kapan saja. Untuk menyeberang ke Pulau Pisang Rp 600.000,- PP sudah termasuk tur lumba-lumba. Saya jadi teringat sewa jukung untuk tur lumba-lumba di Kiluan, harganya sama, Rp 300 ribu juga untuk sekali tur.
Cerita naik jukung dan bertemu lumba-lumba bisa di baca di sini: Bertemu Lumba-lumba di Pulau Pisang.
Kantor Unit Penyelanggara Pelabuhan Kelas III |
Sepi |
Bukit Selalaw
Bukit kecil di pinggir pantai ini ada di samping Pelabuhan Kuala Stabas. Cukup jalan kaki nanjak 3 menit sudah sampai di atasnya. Tidak ada ongkos atau tiket yang mesti dibayar. Tinggal naik dan nikmati pemandangan dari ketinggian.
Bukit Selalaw dibalut oleh rerumputan hijau. Di puncaknya ada sebatang pohon. Saya membayangkan duduk di bawah pohon itu, memandang laut di bawah sana semacam magis. Ditemani secangkir teh yang diminum berdua, bergantian meneguknya. Teh manis, laut, burung-burung yang pulang menuju matahari, dan punggung Gunung Pugung yang mengintip malu-malu dari kejauhan, adalah waktu-waktu terbaik bersamanya.
Jreng….bayangan saya buyar. Ibu milenia memanggil, minta tolong difotoin. Haha.
Sisi bukit yang bertemu dengan laut sangat curam. Perlu berhati-hati ketika turun. Jika terpeleset, bisa saja nyemplung ke laut. Saat di sana, ada seorang pria sedang asik memancing. Sendirian.
Di sisi timur bukit terdapat tebing batu yang dalam. Di bawahnya terlihat ombak deras tak henti-henti menampar permukaan batu yang diam saja tanpa protes. Terdapat sebuah bungker tua. Menurut Aries, bunker tersebut sudah ada sejak jaman Belanda. Menarik. Tapi saya sedih, dekat bunker itu jadi tempat pembuangan sampah warga. Ah.
Jika bukit ini bersih secara keseluruhan, pasti jadi tempat yang nyaman banget untuk melihat rindu yang bergelantungan di langit. Yang terasa hanya sejuk, seperti kemarau yang lepas dari hati. #malah berpuisi
Di sisi timur bukit terdapat tebing batu yang dalam. Di bawahnya terlihat ombak deras tak henti-henti menampar permukaan batu yang diam saja tanpa protes. Terdapat sebuah bungker tua. Menurut Aries, bunker tersebut sudah ada sejak jaman Belanda. Menarik. Tapi saya sedih, dekat bunker itu jadi tempat pembuangan sampah warga. Ah.
Jika bukit ini bersih secara keseluruhan, pasti jadi tempat yang nyaman banget untuk melihat rindu yang bergelantungan di langit. Yang terasa hanya sejuk, seperti kemarau yang lepas dari hati. #malah berpuisi
bunker di Bukit Selalaw |
Nanjak |
Tebing batu di sisi Bukit Selalaw |
View laut dan Gunung Pugung di kejauhan |
Krui Mutun Walur Surf Camp
Setelah sebelumnya merasakan menginap di Cottage Labuhan Jukung dan Homestay di Pulau Pisang, malam terakhir di Krui kami bermalam di Krui Mutun Walur Surf Camp. Lokasinya di Desa Walur, Krui Selatan.
Terletak di pinggir Pantai Walur yang sepi, tinggal di penginapan berkonsep bambu ini seakan punya pantai pribadi. Tidak ada warga atau pengunjung lain yang berseliweran, hanya tamu-tamu cottage saja. Akses ke pantainya yang landai juga mudah dan dekat, tinggal jalan kaki 20 meter keluar kamar, lalu keluar pagar, langsung ketemu pantai.
Kamar private (ujung) dan unit rumah panggung di Cottage Krui Mutun Walur Surf Camp |
Unit rumah 2 lantai di Cottage Krui Mutun Walur Surf Camp |
Cottage Krui Mutun Walur Surf Camp terdiri dari 2 kamar bertipe private, 2 unit rumah panggung dan 2 unit rumah 2 lantai. Kami menempati kamar private, bersebelahan dengan kamar private yang ditempati Yayan, Deddy dan Mas Arif. Kalau masih tersedia, memesan rumah panggung yang menghadap ke laut sepertinya lebih asik. Viewnya langsung ke laut. Suara angin dan debur ombak terdengar lebih kencang. Bagi yang menyukainya, pasti merasakan senang. Sedangkan rumah 2 lantai cocok untuk tamu yang datang dengan rombongan.
Teras kamar kami yang berkonsep bambu |
kamar yang kami tempati |
kamar mandi shower di dalam kamar yang kami tempati |
Luas area Krui Mutun Walur Surf sekitar sekitar hampir 1000m2. Ada taman dibalut rumput hijau yang segar dan bersih. Terdapat pula beberapa pohon kelapa menjulang tinggi. Ada hammock dan saung kayu dekat pagar keluar menuju pantai. Siang itu sepi, tamu-tamu bule sepertinya sedang keluar, sebagian di dalam kamar. Hanya satu yang kelihatan, wara wiri bawa motor dan nenteng papan selancar.
Di Krui listrik terbatas. Saat kami datang listriknya menyala, tak berapa lama mati. Ada jenset, tapi tak dihidupkan. Kamera dan hp yang kehabisan baterai jadi tak bisa dicas. Daripada bengong di kamar menunggu Pak Ardi jemput kami untuk keliling Krui, saya melakukan sesi foto-foto bareng Mas Arif. Sementara yang lain ngobrol di saung. Tak berapa lama 2 atau 3 tamu bule keluar kamar, turun ke pantai. Main bersama ombak.
Ada yang ketiduran di hammock :D |
Ombak di Pantai Walur memang deras dan tinggi. Tamu-tamu yang hobi main selancar pasti seneng banget tinggal di cottage ini. Berasa surga banget kali ya. Kami tidak sempat mencicipi main air, keburu jalan lanjut keliling Krui. Mau lihat kebun damar dan pantai Tanjung Setia. Balik cottage sudah malam. Masuk kawasan cottage gelap gulita, melewati kebun kelapa. sampai cottage baru terang. Masuk kamar langsung mandi dan salat. Setelah itu mulai ngecas segala macam baterai gadget. Tapi ulalala….listrik padam tanpa permisi. Bahkan sampai pagi. Alamak. Buat kamu yang mau traveling ke Krui. Bawa baterai kamera, baterai HP, dan power yang lebih. Kalau ada listrik langsung cas. Kalau sedang tak ada, bisa gunakan baterai-baterai cadangan.
Harga kamar Krui Mutun Walur Surf Camp di bandrol Rp Rp 300 ribu/malam/kamar. Kalau tambah extra bed biayanya Rp 50 ribu/kasur. Sudah termasuk sarapan pagi.
"Mas, itu yang di belakang ada yang pasang muka sinis..." :)) |
Tugu Tuhuk Ikon Kabupaten Pesisir Barat
Setelah Tanggamus dengan ikon ikan lumba-lumba, sekarang Krui dengan ikon Ikan Tuhuk (blue Marlin). Sama-sama daerah pesisir, sama-sama ikan yang jadi ikon. Kalau FTS 2015 saya sudah pernah foto di Tugu Lumba-Lumba, sekarang di Krui juga mau foto-foto di Tugu Tuhuk. Buat kenang-kenangan. Meski bisa kapan saja ke Krui, tapi momen bersama orang-orangnya belum tentu terulang lagi.
Ikan Tuhuk merupakan ikan khas yang ada di Kabupaten Pesisir Barat. Musim dan beratnya medan tempat menangkap ikan ini membuatnya semakin istimewa sebagai kuliner pilihan wisatawan, yakni Sate Tuhuk. Pernah coba?
Tugu Tuhuk Krui |
Makan Malam di Pasar Pagi
Saya masih penasaran dengan kuliner khas Krui. Saya berharap di hari terakhir keliling Krui ada kesempatan makan di warung makan yang benar-benar menyajikan makanan khas, entah saat makan siang, atau saat makan malam. Tapi siangnya kami makan di rumah makan Padang. Onde mande ranca bana :D
Setelah seharian keliling, dari perkebunan damar hingga pantai-pantai di Tanjung Setia, kami kembali ke kota. Malam telah tiba, dan perut mulai menuntut untuk di isi. Makan malam di mana? Di Pasar pagi. Pasar pagi rasa malam hihi.
Makan malam di Pasar Pagi |
Di Pasar Pagi saya masih belum menemukan yang khas semacam pandap, gulai taboh, sate tuhuk, dll. Adanya nasi goreng, mie goreng, pecel lele, pecel ayam, dan sebagainya. Umumlah itu ya, ada di mana-mana :D Yang bikin saya merasa menemukan sesuatu yang baru dan patut dicoba justru Jus Buah Pinang. Baru kali itu saya minum jus pinang. Seger-seger manis dan sepet. Campurannya buah naga, susu kental, dan lemon. Sepertinya campurannya itu buat meminimalisir rasa sepet buah pinangnya. Enak menurutku.
Kalau ke Krui, kamu harus cari makanan khasnya ya. Biar lidahmu punya pengalaman pernah mencicipi kuliner Krui.
Buah pinang di gerobak penjual jus pinang |
Jus Pinang campuran buah pinang, buah naga, susu kental, lemon. Seger! |
Bandara Seray
Jarak Bandar Lampung ke Krui terbilang jauh. 250 km dengan waktu tempuh sekitar 6-7 jam, cukup melelahkan. Waktu banyak habis di jalan. Kalau mau liburan ke Krui selama 3 hari, mungkin baiknya tambahkan 2 hari untuk pulang dan perginya. Kami kemarin juga begitu. Tgl 16 Maret khusus berangkat. Tgl. 17-18 Maret jelajah Pulau Pisang dan keliling Krui. Tgl. 19 Maret khusus buat pulang. Jam 4 pagi meninggalkan Krui. Sampai Bandar Lampung siang. Terbang ke Jakarta sore. Sampai rumah malam. Lebih dari 12 jam di jalan.
Untuk transportasi ke Krui bisa gunakan mobil sewa dari Bandar Lampung. Biaya sewa Rp 250.000/hari belum termasuk BBM dan Supir. Bisa juga naik travel dari Bandar Lampung yang beroperasi setiap hari. Ongkosnya Rp 100.000/orang. Angkutan paling akhir biasanya sampai di Krui selepas isya.
Bandara di Pesisir Barat bernama Bandara Muhammad Taufiq Kemas |
Terminal keberangkatan |
Rumah karyawan petugas bandara |
Keberadaan Bandara Muhammad Taufiq Kiemas yang terletak di Pekon Seray, Kecamatan Pesisir Tengah, membuat Pesisir Barat juga bisa dicapai dengan menggunakan pesawat dari Bandar Lampung. Tapi itu dulu. Sebelum kontrak Susi Air habis pada November 2016.
Penasaran lihat bandara Muhammad Taufik Kiemas, kami pun diajak mampir. Karena sudah tidak beroperasi, keadaan bandara sangat sepi. Saat kami tiba, tak seorang pun terlihat. Untuk memasuki terminal, Aries mengajak dua petugas bandara yang dikenalnya, salah satunya Mas Azis. Kami pun memasuki terminal.
Bandara Muhammad Taufik Kiemas dibangun pada tahun 2007. Diresmikan oleh Dirjen Perhubungan pada tahun 2013, pada masa pemerintahan Bupati Herlani.
tetap dirawat meski tidak beroperasi |
ruang tunggu |
Untuk ukuran kabupaten, bandara terbilang cukup besar, modern dan canggih. Termasuk terminal dan rumah-rumah petugas bandara. Meski tidak beroperasi secara administrasi, tetapi perawatan harian bandara tetap dilakukan. Karena itu terminal dan apron tetap dalam kondisi baik dan bersih. Hanya ada satu sisi pagar yang tampak rubuh. Dijelaskan oleh Mas Azis, pagar itu sengaja dibuka untuk memudahkan keluar masuk kendaraan berat yang sedang melakukan perbaikan apron. Setelah selesai, pagar akan dipasang kembali.
Selain melayani penerbangan tujuan Bandar Lampung, bandara Muhammad Taufik Kiemas melayani rute ke Palembang. Satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara ini adalah Susi Air. Mengingat Pesisir Barat memiliki potensi wisata yang besar, moda transportasi udara ini tentu akan bermanfaat sekali buat para wisatawan maupun masyarakat Krui itu sendiri. Semoga saja bandara kembali beroperasi, dan pesawat yang melayani rute penerbangan bisa bertambah.
Pilot salah kostum? |
apron |
Pesona Krui tak cukup untuk dijelajahi dalam sehari atau dua hari. Banyak yang bisa dilihat dan dirasakan. Terutama buat peselancar, Krui adalah surga bagi mereka. Pesisir Barat sangat terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang. Wajar jika banyak wisatawan asing datang kemari untuk menikmati tarian ombak Pesisir Barat.
Salah satu pantai yang menjadi incaran para peselancar adalah Tanjung Setia. Saya dan kawan-kawan blogger berkesempatan ke sana, melihat langsung ombaknya yang terkenal itu. Nah, cerita tentang Tanjung Setia akan saya tulis pada postingan berikutnya. Termasuk pengalaman saya melihat proses panen damar untuk pertama kalinya.
Bulan April ini Dinas Pariwisata Krui akan menggelar berbagai event dalam rangka hari jadi Krui. Banyak kegiatan yang akan dilaksanakan dalam event tersebut, di antaranya:
• Krui Pro 2017 WSL QS1000 Surfing Competition pada tgl. 15-20 April 2017
• Aneka lomba yang akan digelar mulai 13-22 April 2017 terdiri dari lomba tari adat, lomba tari kreasi, lomba ngunduh damar, lomba pidato bahasa Inggris, lomba layang-layang, lomba lagu Lampung, Lomba Mawalan, Lomba Foto Wisata, Lomba Bahasa Arab, Lomba Pidato Bahasa Mandarin, Lomba Ngukur kelapa
• Rekor MURI 1001 orang Ngunduh Damar pada tgl. 13 April 2017
Buat teman-teman yang ingin berlibur ke Krui, bisa datang saat event tersebut, biar bisa sekalian menyaksikan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh dispar Krui.
Baca juga cerita perjalanan Jelajah Krui dari teman-teman seperjalanan saya berikut ini :
Dian Radiata : Ija Mit Krui
Annie Nugraha : Hatiku Tertambat di Pulau Pisang
Haryadi Yansyah : 24 Jam Bermanjah di Pulau Pisang
Annie Nugraha : Sejuta Pesta di Pesisir Barat Lampung
Deddy Huang : Jelajah Pesona Pulau Pisang bagian 1
Deddy Huang : Jelajah Pesona Pulau Pisang bagian 2
Saya dan Mas Arif yang sengaja duduk bertigaan di belakang bersama koper pink cantik punya wanita milenia >>> Aku baca tulisan ini berulang-ulang, baru ujungnya paham muahahaha. Itu koper yang aku geret-geret dari kapal ke Pulau Pisang dalam keadaan sempoyongan hahaha.
BalasHapusDan, muka sinisku nampak banget ya di foto yang ada di pondok. MESTI aku dapet piala OSCAR.
omnduut.com
Hahaha. Koper maha penting itu Yan. Pacak jalan dewek menuju homestay #melet
HapusOooh ternyata Yayan yang geret2 koper cantik sampe ke homestay :D :D mbak Annie udah ngira itu koper jalan sendiri loooh hahaha..
HapusYa ampun, aku kangeeen duduk memandang ombak di Bukit Selalaw :D
BalasHapusRasanya ada yg aneh.
Ah Bukit Selalaw dengan view laut lepas..
BalasHapusFoto kalian yang di bukit selalaw emang favorit yaa...
BalasHapusJujur aja pas makan malem aku nafsunya udah berkurang karena pangeran lelah hahaha
Awalnya aku penasaran ama jus pinang. Tapi waktu dibilangin ama mas Ardy kalo rasanya pait, langsung gak jadi.. Malem itu pengen menikmati yang manis-manis dan seger ajah.. :D
BalasHapusFoto yang lagi sarapan di Labuhan Jukung itu cakep, mbak! Suka! Foto yang di Bukit Selalaw juga.. Juarak!
Btw, kayaknya abis ini julukan wanita milenia bakal melekat yaa hahahaha...
Keren mbak pemandangannya. Kapan ya saya bs plesiran kayak gitu? Hihi.. Mupeeng
BalasHapusWahh.. ternyata masih banyak yan bisa dilihat di Krui ya..
BalasHapussaya cuma sempat ke pantainya, pelabuhan kuala stabas dan pulau pisang..
Tulisan mbak Rien selalu sukses bikin aku pengen segera packing dan angkat koper menuju tempat yang diceritakan
BalasHapusBtw itu bandaranya bagus lho ya
Sayang banget udah gak beroperasi
Hahaha...
BalasHapusLalu ingat koper pink aku yang fenomenal.
Tapi, herannya banyak yang rebutan pose bareng.
Kapan aku diajak ke sini, mbak?
Huhu mampir ke sini selalu bikin aku wondering kapan bisa plesir kaya mba Rien, doain ya mba :D
BalasHapusUdah lama gak main ke Krui, terakhir waktu masih SD dan pas acara sunatan disana,, kangen pengen main kesana, apalagi dengan pulau pisang.. terima kasih infonya, dapat melepas sedikit rindu saya.. :)
BalasHapuslihat postingan ini dan foto2 kak Dee.. jadi kangennn :(
BalasHapus